Sabtu, 17 September 2016

Berdoa


Berdoa. Sebagai seorang hamba, dalam keadaan apapun pasti kita berdoa. Mau makan baca doa, mau tidur baca doa, mau kemanapun baca doa. Ada doa yang diucapkan atas keinginan. Meminta kepada sang Pencipta agar keinginan itu dikabulkan atau diganti dengan yang lebih baik. Berdoa itu baik sekali. Karena dengan berdoa, membuat kita semakin dekat sama Allah. Semakin dekat? Ya, semakin dekat. Dengan berdoa kita sadar bahwa diri kita ini bukan siapa – siapa, apa yang ada dalam hidup kita senantiasa milik Allah, kita punya ini dan itu karena Allah kasih. Nah, kali ini saya akan menceritakan kisah saya sendiri.

Tahun 2014 silam, saya pernah mengikuti ajang kepenulisan yang cukup bergengsi. Saya mengikuti ajang kepenulisan yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Saya dan teman saya, Indri ikut lomba esai itu. Lomba esainya bertemakan “Kaum Muda dan Budaya Demokrasi.” Saya dan Indri membuat naskah esai masing – masing. Setelah naskah dikirim,  saya sama Indri berdoa tuh, tapi doanya gak spesifik. Di sekolah kami disediakan fasilitas mini bus untuk mengantar siswa siswi untuk pergi lomba. Nah, waktu itu saya sama Indri, bilang gini “Ya Allah semoga naik ini Ya Allah nanti.” Sambil memegang mini bus itu. Lalu, saya sama Indri ketawa. Saya dan Indri ketawa bukan karena hal lucu tapi karena doa kami yang seolah – olah “ngarep” banget biar bisa lolos ke babak selanjutnya.

Hari demi hari berlalu, setelah melewati proses lumayan seru dan panjang. Panjangnya karena saya sama Indri sering ngomongin soal lomba esai itu, terlebih Indri kirim esai di hari terakhir batas pengumpulan esai, dan serunya karena kami berdua “ngejar-ngejar” Bapak Kepala Sekolah demi dapat tanda tangan. Karena salah satu syarat dari lomba ini harus scan surat lembar orisinalitas karya yang ditandatanganin Kepala Sekolah. Saya dan Indri ngejar – ngejar Bapak Kepala Sekolah saat beliau lagi asyik nonton classmeeting/lomba antar kelas saat itu. Seru kan? Wkwk.

Dan hari pengumuman tiba. Jreng jreng!. Saya deg – deg an buka website lomba tersebut. Loading…. Loading… dan akhirnya terbuka juga webnya, dan yappp nama saya dan Indri tidak ada di deretan lima belas nama peserta yang lolos. Sedih banget rasanya. Padahal lumayan hadiahnya. Bayangin aja juara 1 dapat 10 juta rupiah, dan yang lolos itu sudah pasti dapat uang sekitar 2,5 juta bagi 9 finalis yang tidak mendapatkan juara 1,2,3 maupun harapan 1,2,3. Saya mencoba ikhlas dan tetap semangat haha!. Tiba – tiba Indri sms saya “Vel kok aku diucapin selamat ya sama Bu Void. Tadi Bu Void nelpon aku katanya soal lomba esai itu.” Sms dari Indri membuat saya bingung, padahal nama Indri tidak ada di deretan nama peserta yang lolos tapi kenapa Bu Void ngucapin selamat?. Malam berlalu, dan tibalah esok hari. Saya nanya lagi sama Indri untuk memastikan. Indri bilang begini ke saya “Aku bingung Vel, padahal nama aku gak ada di daftar peserta yang lolos, tapi kok Bu Void ngucapin selamat ya?. Tapi lumayan Vel kalau gw lolos, 2,5 Juta udah ditangan bro seenggaknya hahaha.” Ujar Indri sambil ketawa. Saya bilang “Iyalah, lumayan Ndri.”

Sepulang sekolah saya di sms Indri. Isi smsnya mengejutkan. Indri sms gini ke saya “Vellll ternyata aku diundang buat nonton acara esai itu wkwk. Ya Allah aku kirain aku lolos. Php dah haha.” Terus saya bales sms Indri “Tau darimana kamu?”. Indri bales “Iya tadi aku dikasih tau surat undangan dari Kementrian buat menghadiri acara lomba itu”.
Besoknya, Indri cerita ke saya langsung. Ternyata, panitia penyelenggara mengundang Indri dan 9 orang lainnya dari SMAN 33 Jakarta untuk hadir ke acara lomba esai itu. Akhirnya Indri pun mengajak 8 teman kelasnya dan dia tidak lupa mengajak saya. Alhamdulillah Indri ingat saya wkwkkwk. “Iya aku minta temen – temen aku aja tuh buat ikut, tadinya mau dari kelas aku semua, tapi aku inget kamu. Kamu kan ikutan juga di lomba esai itu, jadi aku cantumin nama kamu.” Teman yang baik emang si Indri wkwkwk.

Hari berikutnya, kebetulan sekolah saya libur karena apa alasannya saya lupa hehe. Yang ke sekolah saat itu hanya sepuluh orang. Saya, Indri dan kedelapan teman Indri. Dan you know what?????? SAYA DAN INDRI NAIK MINI BUS SEKOLAH!!!!!!!! Doa saya sama Indri dijabah Allah. Tapi sayangnya doa saya sama Indri gak spesifik. Saya sama Indri hanya berdoa buat naik itu mini bus, dan beneran aja hanya naik mini bus tanpa menyandang gelar sebagai finalis lomba esai, hiks :D

Saya dan rombongan diundang ke salah satu hotel dimana acara final akan diselenggarakan dan dimana para finalis dilatih untuk mempersiapkan penampilannya. Ada rasa bangga sih karena bisa menghadiri acara tersebut tapi tetap saja sesak wkwkwk. Acara pun berlangsung. Saya menyaksikan penampilan dari para finalis. Dari ajang lomba ini saya dapat pengetahuan, dapat kamus gratis, dapat kaus dapat goody bag :3 lumayan hehe. Saya juga menyadari bahwa banyak potensi anak bangsa di Indonesia. Finalis lomba berasal dari berbagai kota di Indonesia. Pengetahuan mereka keren – keren!.

Akhirnya acara lomba sampai pada puncaknya, dan diserahkanlah hadiah – hadiah itu.  Sedih, karena hanya bisa “nonton” lomba esai tersebut. Bangga, karena kalau saya dan Indri tidak mencoba menulis esai ini, pastinya gak bakal diundang. Senang, karena dapat pengalaman dan wawasan baru.

Saya dan rombongan baru menuju perjalanan pulang usai Maghrib. Saya, Indri dan teman – temannya dapat uang saku juga :) Lumayan lah haha. Hari itu saya baru menyadari kalau mencari uang itu butuh perjuangan!. Saya dan Indri nulis esai, cari inspirasi, cari sumber, luangin waktu buat nulis esai, datang pagi ke sekolah disaat yang lain libur, pulang sampai rumah jam delapan malam, akhirnya baru ada wujud nyata dari perjuangan tersebut. Walaupun tidak dapat 10 juta atau bahkan 2,5 juta tapi jujur rasanya nikmat dah dapat uang itu. Meskipun itungannya ya uang transport, dan kontribusi sebagai “penonton”. Alhamdulillah.

Makasih Ya Allah sudah menjabah doa saya sama Indri. Gak apa – apa gak dapat 10 juta, tapi uang ini rasanya nikmat banget. Jujur, sepanjang karir kepenulisan saya *caelah* baru di ajang tersebut upaya saya membuahkan hasil berupa uang. Saya menulis bukan karena orientasinya pada uang, tidak. Tapi, hobi yang dibayar itu, sangat menyenangkan! Apalagi saat itu saya masih SMA, saya berpikir bagaimana ya supaya saya bisa mengasah kemampuan saya dalam menulis dan bisa beli sesuatu pakai uang sendiri?. Salah satu cara yang bisa dilakukan ya dengan mengikuti lomba. Sepanjang karir kepenulisan saya, cukup banyak lomba yang saya ikuti, mulai dari info lomba dari fanpage, dari website, dari salah satu Universitas negeri di Jakarta, mulai dari hadiahnya uang, hadiahnya piagam, hadiahnya buku, hadiahnya pahala dari Allah, saya ikutin. Namun, ada beberapa yang membuahkan hasil, ada juga yang tidak, ada yang di php-in di tengah jalan, ada yang entah kapan pengumumannya hehe, saking seringnya saya jadi lupa kalau saya pernah ikut lomba tersebut. But, I still trying to be a writer :) Saya tetap semangat!

Doakan saya ya biar bisa jadi penulis beneran :)

Salam bahagia dari Novelia untuk para pembaca tulisannya. HAHAHA

See you in the next postingan yaaa

Yuk berdoa :)

Wassalamu’alaikum


Ini buku - buku yang saya dapatkan :)


Kata – kata di goody bag lomba esai :)


Tidak ada komentar :

Posting Komentar