Berdoa. Sebagai seorang hamba, dalam keadaan apapun pasti kita berdoa. Mau makan baca doa, mau tidur baca doa, mau kemanapun baca doa. Ada doa yang diucapkan atas keinginan. Meminta kepada sang Pencipta agar keinginan itu dikabulkan atau diganti dengan yang lebih baik. Berdoa itu baik sekali. Karena dengan berdoa, membuat kita semakin dekat sama Allah. Semakin dekat? Ya, semakin dekat. Dengan berdoa kita sadar bahwa diri kita ini bukan siapa – siapa, apa yang ada dalam hidup kita senantiasa milik Allah, kita punya ini dan itu karena Allah kasih. Nah, kali ini saya akan menceritakan kisah saya sendiri.
Tahun 2014 silam, saya
pernah mengikuti ajang kepenulisan yang cukup bergengsi. Saya mengikuti ajang
kepenulisan yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Saya dan teman
saya, Indri ikut lomba esai itu. Lomba esainya bertemakan “Kaum Muda dan Budaya
Demokrasi.” Saya dan Indri membuat naskah esai masing – masing. Setelah naskah
dikirim, saya sama Indri berdoa tuh,
tapi doanya gak spesifik. Di sekolah kami disediakan fasilitas mini bus untuk
mengantar siswa siswi untuk pergi lomba. Nah, waktu itu saya sama Indri, bilang
gini “Ya Allah semoga naik ini Ya Allah nanti.” Sambil memegang mini bus itu.
Lalu, saya sama Indri ketawa. Saya dan Indri ketawa bukan karena hal lucu tapi
karena doa kami yang seolah – olah “ngarep” banget biar bisa lolos ke babak
selanjutnya.
Hari demi hari
berlalu, setelah melewati proses lumayan seru dan panjang. Panjangnya karena
saya sama Indri sering ngomongin soal lomba esai itu, terlebih Indri kirim esai
di hari terakhir batas pengumpulan esai, dan serunya karena kami berdua
“ngejar-ngejar” Bapak Kepala Sekolah demi dapat tanda tangan. Karena salah satu
syarat dari lomba ini harus scan surat lembar orisinalitas karya yang ditandatanganin
Kepala Sekolah. Saya dan Indri ngejar – ngejar Bapak Kepala Sekolah saat beliau
lagi asyik nonton classmeeting/lomba antar kelas saat itu. Seru kan? Wkwk.
Dan hari pengumuman
tiba. Jreng jreng!. Saya deg – deg an buka website lomba tersebut. Loading….
Loading… dan akhirnya terbuka juga webnya, dan yappp nama saya dan Indri tidak
ada di deretan lima belas nama peserta yang lolos. Sedih banget rasanya. Padahal lumayan hadiahnya.
Bayangin aja juara 1 dapat 10 juta rupiah, dan yang lolos itu sudah pasti dapat
uang sekitar 2,5 juta bagi 9 finalis yang tidak mendapatkan juara 1,2,3 maupun harapan 1,2,3. Saya mencoba
ikhlas dan tetap semangat haha!. Tiba – tiba Indri sms saya “Vel kok aku
diucapin selamat ya sama Bu Void. Tadi Bu Void nelpon aku katanya soal lomba esai
itu.” Sms dari Indri membuat saya bingung, padahal nama Indri tidak ada di
deretan nama peserta yang lolos tapi kenapa Bu Void ngucapin selamat?. Malam
berlalu, dan tibalah esok hari. Saya nanya lagi sama Indri untuk memastikan.
Indri bilang begini ke saya “Aku bingung Vel, padahal nama aku gak ada di
daftar peserta yang lolos, tapi kok Bu Void ngucapin selamat ya?. Tapi lumayan
Vel kalau gw lolos, 2,5 Juta udah ditangan bro seenggaknya hahaha.” Ujar Indri
sambil ketawa. Saya bilang “Iyalah, lumayan Ndri.”
Sepulang sekolah saya
di sms Indri. Isi smsnya mengejutkan. Indri sms gini ke saya “Vellll ternyata
aku diundang buat nonton acara esai itu wkwk. Ya Allah aku kirain aku lolos.
Php dah haha.” Terus saya bales sms Indri “Tau darimana kamu?”. Indri bales
“Iya tadi aku dikasih tau surat undangan dari Kementrian buat menghadiri acara
lomba itu”.
Besoknya, Indri cerita
ke saya langsung. Ternyata, panitia penyelenggara mengundang Indri dan 9 orang
lainnya dari SMAN 33 Jakarta untuk hadir ke acara lomba esai itu. Akhirnya Indri
pun mengajak 8 teman kelasnya dan dia tidak lupa mengajak saya. Alhamdulillah
Indri ingat saya wkwkkwk. “Iya aku minta temen – temen aku aja tuh buat ikut,
tadinya mau dari kelas aku semua, tapi aku inget kamu. Kamu kan ikutan juga di
lomba esai itu, jadi aku cantumin nama kamu.” Teman yang baik emang si Indri
wkwkwk.
Hari berikutnya, kebetulan sekolah saya libur
karena apa alasannya saya lupa hehe. Yang ke sekolah saat itu hanya sepuluh
orang. Saya, Indri dan kedelapan teman Indri. Dan you know what?????? SAYA DAN
INDRI NAIK MINI BUS SEKOLAH!!!!!!!! Doa saya sama Indri dijabah Allah. Tapi
sayangnya doa saya sama Indri gak spesifik. Saya sama Indri hanya berdoa buat
naik itu mini bus, dan beneran aja hanya naik mini bus tanpa menyandang gelar sebagai
finalis lomba esai, hiks :D
Saya dan rombongan
diundang ke salah satu hotel dimana acara final akan diselenggarakan dan dimana
para finalis dilatih untuk mempersiapkan penampilannya. Ada rasa bangga sih
karena bisa menghadiri acara tersebut tapi tetap saja sesak wkwkwk. Acara pun
berlangsung. Saya menyaksikan penampilan dari para finalis. Dari ajang lomba
ini saya dapat pengetahuan, dapat kamus gratis, dapat kaus dapat goody bag :3
lumayan hehe. Saya juga menyadari bahwa banyak potensi anak bangsa di
Indonesia. Finalis lomba berasal dari berbagai kota di Indonesia. Pengetahuan
mereka keren – keren!.
Akhirnya acara lomba
sampai pada puncaknya, dan diserahkanlah hadiah – hadiah itu. Sedih, karena hanya bisa “nonton” lomba esai
tersebut. Bangga, karena kalau saya dan Indri tidak mencoba menulis
esai ini, pastinya gak bakal diundang. Senang, karena dapat pengalaman dan
wawasan baru.
Saya dan rombongan
baru menuju perjalanan pulang usai Maghrib. Saya, Indri dan teman – temannya
dapat uang saku juga :) Lumayan lah haha. Hari itu saya baru menyadari
kalau mencari uang itu butuh perjuangan!. Saya dan Indri nulis esai, cari
inspirasi, cari sumber, luangin waktu buat nulis esai, datang pagi ke sekolah
disaat yang lain libur, pulang sampai rumah jam delapan malam, akhirnya baru
ada wujud nyata dari perjuangan tersebut. Walaupun tidak dapat 10 juta atau
bahkan 2,5 juta tapi jujur rasanya nikmat dah dapat uang itu. Meskipun
itungannya ya uang transport, dan kontribusi sebagai “penonton”. Alhamdulillah.
Makasih Ya Allah sudah
menjabah doa saya sama Indri. Gak apa – apa gak dapat 10 juta, tapi uang ini
rasanya nikmat banget. Jujur, sepanjang karir kepenulisan saya *caelah* baru di
ajang tersebut upaya saya membuahkan hasil berupa uang. Saya menulis bukan
karena orientasinya pada uang, tidak. Tapi, hobi yang dibayar itu, sangat
menyenangkan! Apalagi saat itu saya masih SMA, saya berpikir bagaimana ya
supaya saya bisa mengasah kemampuan saya dalam menulis dan bisa beli sesuatu
pakai uang sendiri?. Salah satu cara yang bisa dilakukan ya dengan mengikuti
lomba. Sepanjang karir kepenulisan saya, cukup banyak lomba yang saya ikuti,
mulai dari info lomba dari fanpage, dari website, dari salah satu Universitas
negeri di Jakarta, mulai dari hadiahnya uang, hadiahnya piagam, hadiahnya buku,
hadiahnya pahala dari Allah, saya ikutin. Namun, ada beberapa yang membuahkan
hasil, ada juga yang tidak, ada yang di php-in di tengah jalan, ada yang entah
kapan pengumumannya hehe, saking seringnya saya jadi lupa kalau saya pernah
ikut lomba tersebut. But, I still trying to be a writer :)
Saya tetap semangat!
Doakan saya ya biar
bisa jadi penulis beneran :)
Salam bahagia dari
Novelia untuk para pembaca tulisannya. HAHAHA
See you in the next
postingan yaaa
Yuk berdoa :)
Wassalamu’alaikum
Ini buku - buku yang saya dapatkan :)
![]() |
Kata – kata di goody bag lomba esai :) |
Tidak ada komentar :
Posting Komentar