Assalamu’alaikum
sahabat!
Sebenarnya sudah lama saya
memperhatikan hal ini semenjak saya bekerja. Memperhatikan sistem perusahaan
lain, memperhatikan perilaku pegawai perusahaan lain, yang tentunya membawa
dampak positif bagi diri saya.
“Rumput tetangga
selalu lebih hijau dari rumput sendiri.” Pernah tahu kalimat itu?. Kenyataannya
memang benar, hampir semua orang merasakannya, termasuk diri saya. Saya tidak
tahu kenapa, hanya ingin belajar menjadi lebih dan lebih lagi. Saya banyak
belajar dari orang – orang di sekitar saya. Belajar dari klien – klien tempat
saya bekerja. Belajar soal how to be a
great finance, how the system is running, tax, why we must have a good
knowledge and many more. Saya sadar bahwa diri ini masih miskin ilmu.
Ada gak sih rasa iri
sama klien?
Jawabannya? Ya sudah
pasti ada. Saya banyak menghubungi orang finance dan orang pajak dari berbagai
perusahaan, mulai dari swasta hingga BUMN. Rasa iri saya bukan semata – mata soal
banyaknya materi yang mereka dapat, tapi lebih dari itu. Saya iri akan
pengetahuan mereka yang sudah pasti lebih banyak dari saya. Saya iri ketika mereka sudah terbiasa dengan sistem
dan manajemen yang sudah teratur sedemikian hebatnya. Sampai detik ini saya
masih belajar untuk meningkatkan skill saya.
Ada gak rasa bangga
menghubungi mereka?
Jawabannya? Sangat
bangga. Saya bangga bisa menghubungi klien – klien saya yang sudah bekerja di
perusahaan besar. Di perusahaan, yang mungkin diidamkan oleh diri saya sendiri.
Terkadang, klien saya menjelaskan kepada saya soal proses turunnya sebuah giro
secara singkat sesuai manajemen perusahaan mereka. Terkadang, klien saya juga
menjelaskan soal proses bukti potong pajak. Penjelasan yang singkat namun
bermakna bagi saya. Saya belum terlalu paham soal mekanismenya, hanya tahu sebagian
kecil saja.
Ingin rasanya bisa
menjadi seperti mereka, yang memang sudah terlatih dan tahu banyak soal apa yang
saat ini sedang mereka jalani,
Terkadang saya
terharu, bagaimana mungkin seorang lulusan SMA, yang belum genap menyandang
gelar sarjananya, bisa menghubungi orang
- orang penting di perusahaan besar. Bagaimana mungkin seorang sarjana
menganggap saya yang belum sarjana, menjadi rekan kerja mereka, dan terkadang
mereka menjelaskan mekanismenya.
Terima kasih Ya Allah
atas nikmat yang Kau beri padaku.
Tepatnya malam ini, 11
Maret 2017 saya mengunjungi salah satu website perusahaan. Saya melihat
struktur perusahaan tersebut, laporan keuangannya, sampai kepada form yang
membuat saya berlinang air mata. Form yang sangat manis sekali bagi saya. Form
tentang bantuan pendidikan kepada putra putri karyawan perusahaan tersebut.
Penghargaan yang diberikan kepada putra putri yang berprestasi dari pegawai perusahaan
tersebut. Indah ya?. Saya sungguh tidak bisa menahan air mata saya. Saya tahu
bahwa susah payah orang tua menyekolahkan anaknya. Bekerja dari pagi hingga
sore atau bahkan malam hari. That’s why, terkadang yang membuat seorang anak menangis
ketika mendapatkan nilai jelek, mereka merasa mengecewakan orang tuanya yang
sudah berusaha untuk membiayai sekolahnya. Yang membuat saya terharu, sangat
mulia perusahaan yang memberikan bantuan pendidikan seperti itu. Bagaimana
mungkin, waktu yang dihabiskan oleh karyawan untuk bermain bersama anaknya,
dihabiskan demi sebuah perusahaan? Lalu perusahaan tersebut memberikan penghargaan
pendidikan kepada putra putri pegawai yang berprestasi. Indahnya. Saya tidak membicarakan soal angka –
angka yang diberikan, saya membicarakan soal kepedulian perusahaan kepada
pegawai dan kepada anak – anak pegawai.
Teman saya pernah
memberi tahu saya, ternyata salah satu asset perusahaan adalah karyawannya.
Karyawan hanya sebutannya saja, wujudnya? Ya manusia. Memiliki hati, memiliki
motivasi, memiliki kekhilafan juga. That’s why, terkadang perusahaan merasakan
kehilangan ketika karyawannya yang berprestasi memilih resign.
Simbiosis mutualisme.
Tahu tidak? Kurang lebih artinya pihak 1 dan pihak 2 sama - sama menguntungkan.
Seharusnya perusahaan dan karyawan memiliki hubungan kerjasama simbiosis
mutualisme.
Apa gunanya perusahaan
tanpa karyawan? Dan apa gunanya karyawan tanpa perusahaan?. Saling membutuhkan,
namun tetap menguntungkan.
Bagi saya, karyawan
diberi upah atau yang sering kita sebut dengan “gaji”, bukan semata – mata mereka
mengemis pada perusahaan. Gaji adalah hasil dari kerjasama antara perusahaan
dan karyawan, bukan semata – mata karyawan menjadi “budak”.
“Lu jual gue beli, lu
gak jual ya gue gak beli.” Kira – kira seperti itulah maksud saya.
Terlepas dari apa yang
saya uraikan, saya bercita – cita untuk bergabung ke perusahaan yang lebih baik
dari segi manajemen. Semoga, kelak saya bisa bergabung ke perusahaan yang
memperhatikan kesejahteraan karyawan dan keluarga karyawan. Semoga, kelak jika
saya sudah mampu membuat sebuah perusahaan, saya bisa menerapkan sistem seperti
yang saya uraikan. Penghargaan pendidikan kepada putra putri karyawan saya,
sebagai permohonan maaf karena sudah menyita waktu orang tua mereka untuk
bekerja. Kasih sayang orang tua tidak bisa dinilai dengan uang memang, tapi
tidak ada salahnya memberikan bantuan berupa uang, untuk putra putri generasi
penerus bangsa yang mau belajar meskipun orang tuanya sibuk membanting tulang.
Saya akhiri postingan
kali ini. Saya berdoa semoga kedepannya kita bisa menjadi manusia – manusia yang
lebih baik lagi. Semoga orang – orang yang berniat untuk korupsi lekas
disadarkan oleh Allah SWT.
Satu hal yang saya
pelajari, penting sekali untuk bersyukur dan terus mengasah diri menjadi lebih
baik lagi. Semoga doa – doa yang mengalir untuk
kita, Allah jabah. Terima kasih atas pembelajarannya Ya Allah.
Untuk semua klien
saya, terutama untuk orang – orang bagian finance dan pajak yang tidak bisa
saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas semua pelajaran yang telah
diberikan kepada saya, terima kasih
sudah mau menjelaskan hal yang belum saya ketahui sebelumnya, terima kasih atas
jawaban atas pertanyaan saya, dan mohon maaf apabila saya memiliki kesalahan,
maklumi karena ilmu saya masih sedikit, but I promise to improve my skills.
Terima kasih atas
pelajaran berharga ini, semoga saya bisa seperti kamu.
Salam,
Novelia Dwi Lestari
Tidak ada komentar :
Posting Komentar