Assalamu’alaikum
sahabat :)
Apa kabar sahabat semua? Alhamdulillah kita masih
diberi nikmat sehat sama Allah, dan semoga yang sedang sakit, semoga segera
sembuh yaa aamiin.
Pada hari ini saya mau bercerita perihal sebuah pilihan dan menemukan jodoh. Cieee. Tapi inti dari tulisan saya kali ini lebih kepada realita yang dialami mungkin oleh beberapa orang di dunia ini. Saya sengaja menampillkan gambar untuk artikel saya kali ini adalah hasil foto dari hp saya, ya foto Universitas Trisakti. Foto ini saya ambil disaat saya sudah pulang kerja dan menuju ke kampus untuk kuliah. Pemandangan sore hari kala itu dari halte busway grogol 2 menuju halte busway grogol 1. Di artikel sebelumnya saya sudah bercerita bahwa saya sudah pindah kerja ke daerah Slipi ya..
Bagi yang lupa boleh di klik artikel ini Tentang Sebuah Impian, Allah Bersamamu Untuk Mewujudkannya
Oke, saya teringat saat sebelum dapat kerja, saya
cerita ke teman saya di kampus, dan dia bilang gini “Vel, kata Ibu gua, kerja
tuh jodoh – jodoh-an. Kitanya udah suka, eh gak ke terima, kitanya gak terlalu
sesuai sama perusahaannya, eh perusahaan itu mau nerima, jadi emang butuh
proses buat dapetin yang klopnya.” Intinya gitu kata – kata teman saya. Dan ya,
saya mengalami mencari “jodoh” pekerjaan saya itu beberapa bulan yang lalu, dan
Alhamdulillah sekarang sudah ketemu “jodoh” nya walau masih dalam masa
penyesuaian.
Dulu sekali, saat masa - masanya saya masih interview
interview, ada salah satu perusahaan besar sudah Tbk statusnya. Perusahaan itu
berlokasi di daerah Kuningan. Saya sebenarnya gak percaya bisa interview
disana. Tesnya banyak banget, ada tes skill komputer dan tes psikotes di hari
yang berbeda. Saya sudah dua kali melalui tahapan tersebut, dan pada hasil tes
psikotes, saya diminta menunggu kurang lebih 1 minggu. Namun, saya tidak dihubungi
lagi oleh perusahaan tersebut setelah 1 minggu, dan akhirnya tawaran bekerja di
perusahaan tempat saya bekerja saat ini pun saya dapatkan. Akhirnya saya
menerima di perusahaan tempat saya bekerja sekarang. Dan sahabat tahu gak? Saat
saya sudah bekerja, tiba – tiba perusahaan yang berlokasi di Kuningan itu menelepon
saya dan mengatakan saya bisa ikut tahap selanjutnya yaitu medical check up.
Mungkin sahabat pernah mengalami hal ini juga ya, disaat sudah bekerja dan ada
perusahaan lain yang memanggil untuk ikut tes tahap selanjutnya ataupun interview
di perusahaan yang dulu di lamar.
Jujur, saya bingung saat itu harus gimana, dan
jujur saya mau banget kerja di perusahaan daerah Kuningan itu. Karena bagi
saya, seorang yang masih bestatus lulusan SMA, bekerja di perusahaan besar
apalagi sudah berstatus Tbk adalah sebuah impian dan anugerah yang luar biasa
jika tercapai. Perasaan bimbang dan galau pun menghampiri hehe. Saya konsultasi
ke banyak pihak, ke orang tua saya, ke kakak saya, ke teman saya di kampus, dan
tentunya ke Allah.
Berbicara mengenai medical check up, jujur baru
kali itu saya mengalami interview di sebuah perusahaan sampai kepada tahap
medical check up, karena biasanya seleksi beberapa perusahaan hanya sampai
interview user, tidak ada medical check up. Dosen saya pernah bilang, jika kita
melamar kerja dan sudah sampai tahap medical check up, maka kemungkinan untuk
lolos yaa cukup besar tergantung dari hasil medical check upnya.
Dan, jawaban atas segala gundah saya adalah saya
harus merelakan perusahaan di daerah Kuningan tersebut. Sedih sudah pasti,
karena rasanya seperti melepas sebuah kesempatan besar yang sudah ada di depan
mata. Bapak saya bilang gak usah karena jauh lokasinya dari kampus, dan takut
nanti saya telat ke kampusnya. Kalau kakak saya menyerahkan keputusannya sama
saya, sementara teman kampus saya bilang gini ke saya “Itu jauh Vel, lu kuat
gak? Lu yakin? Badan lu kuat gak mesti berangkat dari rumah lu ke Kuningan,
dari Kuningan ke Grogol, dari Grogol ke rumah lu lagi.” Intinya gitu kata teman
saya. Saya terharu dengan perkataan teman saya itu, karena memerhatikan diri
sendiri juga perlu, dan yaa mungkin memang ini sudah jalan terbaik dari Allah
yang harus saya jalani.
Hidup itu pilihan, tapi bagi beberapa orang, nggak
bisa milih satu diantara banyak pilihan. Contohnya? Ya kuliah sambil kerja. Gak bisa kuliah aja atau kerja aja, itu gak
bisa, mesti milih kedua-duanya dan usahain jalanin sebaik mungkin untuk
kedua-duanya. Karena, untuk bayar kuliah, di dapatinnya dari gaji hasil
bekerja, dan untuk dapat ilmu diluar kuliah, salah satu cara dapetinnya ya
bekerja.
Keputusan saya untuk merelakan perusahaan Tbk
tersebut, bukan tanpa alasan. Karena, sahabat tahu kan jalanan Ibukota itu
tidak bisa ditebak. Hari ini lancar, besok padat merayap, lusanya macet, tiba –
tiba lancar, tiba – tiba macet dan sebagainyaaa….
Hidup itu harus seimbang, ada pagi ada siang, ada
makan ada minum, gak bisa kita paksain makan aja atau minum aja. Sama kayak
yang saya hadapi kemarin, gak bisa saya egois milih kerja di daerah Kuningan,
dengan gak mikirin kuat apa enggak sih badan saya harus berjibaku dengan jarak
yang cukup jauh ditambah harus kuliah malam.
Karena bagi saya, kuliah sambil bekerja itu seperti
menyayangi dua orang yang berbeda, namun harus diperlakukan secara adil. Saya
menggambarkan bekerja itu seperti pendamping hidup, mesti professional menghadapinya,
bertanggung jawab dan juga sabar, dan saya menggambarkan kuliah itu seperti merawat
seorang anak, mesti sabar, telaten.
Kadang saya suka ngebayangin, kalau saya ini tuh
sebenarnya kuliah sambil kerja sama aja kayak lagi cari uang buat beli susu
anak. Supaya anaknya bergizi, tumbuh dengan sehat dan sebagainya. Harus
balance. Seimbang. Gak bisa berpihak hanya kepada satu sisi.
Bisa sih berpihak kepada satu sisi, tapi sisi yang
lain akan kacau jadinya. Jadi, harus balance.
Dan, yaa saya rasa Allah lebih tahu yang terbaik
buat saya, Allah tahu dua tahun silam saya selalu berdoa agar bisa kuliah, agar
bisa jadi sarjana. Dan, Alhamdulillah Allah kabulkan doa saya, dan mungkin
Allah mau saya mewujudkan impian saya yang lain, yaitu lulus kuliah dengan
predikat Cum Laude aamiin. Cum Laude emang gak menjamin seseorang sukses apa
engga, tapi setidaknya usaha saya untuk kuliah terbayar oleh predikat tersebut.
Karena hidup cuma sekali, dan usahain jalanin apapun dengan sebaik – baiknya.
Saya mencoba berkhusnudzon sama Allah, atas jalan
hidup ini. Lagipula, saya bersyukur, Allah memberikan saya sahabat – sahabat yang
selalu mengingatkan saya kepada kebaikan. Saya memilki teman - teman kampus yang
baik, dan teman – teman kantor yang baik dan senantiasa mengajak saya dalam
kebaikan dan senantiasa mengingat Allah.
Kita gak pernah tahu kedepannya hidup kita seperti
apa, yang pasti, mengusahakan yang terbaik dan terus memperbaiki diri adalah
sebuah solusi bagaimana menjalani hidup ini dengan baik.
Dan perihal kampus, yaa Universitas Trisakti lah
jodoh saya. Padahal dulu saya ngarep banget masuk Universitas Indonesia, sampai
dua kali ikut SBMPTN, eh jodoh kampusnya malah di Universitas Trisakti.
Walau gak pernah
terpikir sebelumnya untuk kuliah di Universitas Trisakti ehh jodohnya malah di
kampus ini. Ku sayang sekali dengan kampus ini hehe. Semoga Allah selalu
mudahkan saya dan sahabat - sahabat dalam mencari ilmu aamiin.
Dan soal jodoh yang sebenarnya yang di maksud
jodoh? Hehe saya belum bisa berbicara banyak mengenai hal ini, karena saya
pribadi merasa banyak yang harus dibenahi di dalam diri saya sebelum menemukan
yang dimakud “jodoh” itu sendiri hehe.
Sekian cerita saya kali ini.
Semoga sahabat – sahabat yang belum kuliah segera
dipertemukan dengan jodoh kampusnya, semoga sahabat – sahabat yang belum bekerja
segera dipertemukan dengan jodoh pekerjaannya, semoga sahabat – sahabat yang belum
menikah segera dipertemukan dengan jodohnya aamiin.
Percaya aja, Allah selalu punya rencana yang baik
dalam hidup semua hamba-Nya :)
Wassalamu’alaikum
Tidak ada komentar :
Posting Komentar