Kamis, 03 Agustus 2023

Bagaimana Cara Menerima Setiap Kegagalan?

Assalamu’alaikum, apa kabarnya teman-teman, semoga dalam keadaan sehat.

Sudah lama yaa aku gak nulis-nulis di blog ini wkwkkwkkwk.  Alhamdulillah, hari ini bisa nulis lagi.

So, apa hal yang terbesit pertama kali dalam dirimu saat melihat judulnya?.

Kalau teman-teman sedang mengalami kegagalan, aku harap tulisan ini bisa menjadi penawar luka karena kegagalan.

Semua orang di dunia ini pasti pernah gagal, karena gagal itu seni dalam hidup. Kalau ga pernah gagal, kita kan gatau kalau berhasil itu nikmat ya?.

Oke, dalam hidupku juga aku pernah mengalami kegagalan, gak cuma satu, dua, kayaknya udah ga terhitung deh berapa kali gagalnya.

Aku pernah gagal dapatin tempat kerja yang aku mau, yang aku cita-citain, tapi pernah juga berhasil dapat tempat kerja yang aku mau.

Mungkin ya, karena sudah sering gagalnya, kadang pas gagal tuh aku gak kecewa lagi, kayak oh yaudah. Yaudahlah. Oke gapapa. Wkwkkwkwkkw kayak udah berteman dengan kegagalan gitu. Menyedihkan ga sih? Kayaknya engga ya, karena mencoba enjoy my life aja. Gagal coba lagi, gagal coba lagi. Kalau masih gagal ya mungkin belum rezeki, yang penting kan terus mencoba.

Contoh nih, aku tuh sudah lebih dari satu kali tes BUMN, ada yang lolos tahap satu aja pas nyoba, pernah juga ga lolos, ada yang sampai tahap mendekati wawancara, tapi ya gitu deh wkwkwk belum rezeki, sampai aku ngerasa kayak, oh yaudahlah bukan rezekiku.

Di perusahaan swasta juga nih, ada perusahaan impianku (FMCG), pas dipanggil psikotes aja udah senang banget, karena aku udah sering apply ke perusahaan itu, tapi gak dipanggil-panggil. Pas kepanggil tuh kayak senang aja, kayak wew aku kepanggil, walau berujung ga jodoh. Gagal lagi.

Ada juga yang sudah sampai tahap user di perusahaan manufaktur, terus karena satu dan lain hal, lagi-lagi aku gagal bergabung di salah satu perusahaan besar impianku juga.

Sampai pada akhirnya aku merenung, kayak salahnya dimana ya, mencoba evaluasi diri.

Ada orang yang satu kali cari pekerjaan langsung keterima, ada yang harus puluhan kali mencoba, bahkan ratusan kali baru keterima. Dalam hal lain juga demikian, ada yang satu kali coba daftar sekolah langsung keterima, ada juga yang engga.

Well, saat ini aku berada dalam tahap menerima. Menerima setiap kegagalan dalam diri aku, menerima aku yang banyak kurangnya, menerima segala bentuk hal yang tidak kusukai dalam hidup. Menerima itu ga mudah sih untuk dilakuin, tapi kayaknya gak ada cara lain yang bisa kita lakuin selain menerima agar tetap waras menjalani hidup wkwkkwkwk.

Kalau kita gagal di suatu hal, bukan berarti gagal melulu kan? Pasti ada berhasilnya, percaya aja. Menurutku salah satu cara berdamai dengan kegagalan adalah menerimanya. Terima, dan mencoba untuk berjuang lagi.

Jadi, sedih karena gagal itu wajar, kecewa juga wajar, yang tidak wajar itu selalu menyalahkan diri sendiri atas kegagalan yang terjadi. Percaya aja kalau Allah akan memberikan yang terbaik, walaupun kadang kita ngerasa dunia ga adil, tapi kita punya Allah yang Maha Adil, Maha Pengasih, Maha Penyayang.

Semangat ya kamu semua, Wassalamu’alaikum.

Senin, 17 April 2023

Apa hal yang membahagiakan dalam hidupmu?

Assalamu’alaikum, apa kabarnya teman-teman, semoga dalam keadaan sehat.

Alhamdulillah kita masih diberikan kesempatan untuk bertemu bulan Ramadhan pada tahun ini, dan tidak terasa sebentar lagi bulan Ramadhan akan usai. Semoga, amal ibadah yang kita lakukan dibulan Ramadhan diterima Allah SWT dan ibadah serta kebaikan – kebaikan kita lakukan di bulan Ramadhan dapat istiqamah setelah Ramadhan usai aamiin.

Well, apa hal yang membahagiakan dalam hidupmu?

Bisa sebuah pencapaian pendidikan, diterima dalam suatu pekerjaan, sebuah kebaikan yang berdampak besar bagi orang lain, atau hal lainnya yang pernah kita capai dalam hidup ini.

Kalau dalam hidupku, salah satu hal yang membahagiakan adalah badal umroh untuk almarhumah mamaku.

Hal ini bermula saat aku lihat story ig Fadil Jaidi pada 26 Februari 2023. FYI, Fadil Jaidi merupakan salah satu influencer yang dikenal di ig maupun tiktok karena konten-kontennya yang menghibur dengan ayahnya yaitu Pak Muh. Sudah cukup lama aku sering lihat konten-kontennya di Youtube, dan aku juga follow di ig.

Pada tanggal 26 Februari 2023 itu, Fadil Jaidi buat story di ig salah satunya tentang saudaranya yang punya usaha badal umroh dan nama akun ig nya sarahbadalumroh, dan ternyata itu bukan pertama kalinya Fadil Jaidi promosiin usaha saudaranya, karena dalam ig story tersebut Fadil Jaidi bilang kalau dia udah cukup sering menyampaikan usaha saudaranya ini di ig story.

Berhubung aku baru pertama kali lihat postingan ig story tentang badal umroh tersebut, terus aku cukup tertarik, dan yasudah aku putuskan untuk kepoin ig sarahbadalumroh, lalu ku whatsapp lah link yang tertera pada bio ig tersebut (27 Februari 2023).

Jasa yang ditawarkan sarahbadalumroh yaitu badal haji, badal umroh reguler, badal umroh Ramadhan dan wakaf Al-Qur’an.

Dok. sarahbadalumroh
Apa sebenarnya badal umroh itu?

Badal umroh sepemahamanku adalah umroh yang diwakilkan untuk orang yang sakit yang sudah tidak mampu bepergian jauh secara fisik, dan untuk orang yang sudah meninggal dunia.

Perbedaan badal umroh reguler dan badal umroh Ramadhan, hanya perbedaan pada waktu pelaksanaan saja.

Nah, berhubung sebentar lagi Ramadhan waktu itu, jadinya aku memilih badal umroh Ramadhan. Kenapa aku memilih badal umroh Ramadhan? Karena “Jika Ramadhan tiba, berumrahlah saat itu karena umrah Ramadhan senilai dengan haji.” (HR. Bukhari no. 1782 dan Muslim no. 1256) dan “Sesungguhnya umrah di bulan Ramadhan seperti berhaji bersamaku” (HR. Bukhari no. 1863) (Sumber: Rumaysho)

Jadi, karena hadits, hadits tersebutlah aku memutuskan untuk memilih badal umroh Ramadhan untuk almarhumah mamaku.

Sebenarnya dulu, aku sudah tahu kalau orang yang udah meninggal bisa diumrohin atau dihajiin dengan syarat yang mewakilkan sudah pernah umroh atau haji. Dulu kupikir, untuk umrohin almarhumah mamaku, aku harus umroh dulu baru bisa mewakilkan almarhumah mamaku, tapi ternyata sekarang ada jasa badal umroh. Ya, walaupun bukan aku sebagai anak yang mewakilkan almarhumah mamaku, tp InsyaAllah badal umroh ini bisa menjadi hadiah bagi almarhumah mamaku.

Sebelum memutuskan untuk badal umroh ini, tentu aku baca-baca dulu hukum badal umroh, lihat kajian-kajian ustadz di youtube tentang badal umroh, dan setelah ku yakin, aku mendaftarkan almarhumah mamaku untuk badal umroh.

Waktu itu pas sebelum lihat story ig Fadil Jaidi, sebenarnya aku sedang bergumam dalam hati, berbicara pada diri sendiri kayak “Hidup kok gini-gini aja ya? Aku kerja, uangnya buat apa ya? Perlu sesuatu hal yang bisa membuat uangku bermanfaat” yaa kurang lebih seperti itu.

Kadang, aku suka mikir, uang yang ditabung sedikit demi sedikit, kerja yang dilakukan Senin-Jumat, kok rasa-rasanya kayak gini-gini aja? Wkkwk pertanyaan quarter life crisis banget ya..

Intinya, mengejar dunia itu capek, dunia memang tempatnya capek kan?, terus apa yang aku dapatkan dari mengejar dunia ini, harus ku seimbangkan dengan akhirat. Kalau gaji bisa untuk beli apa yang kita mau tentu ada kebahagiaan tersendiri, tapi kalau gaji kita gunakan untuk membahagiakan orang lain, terutama untuk orang tua kita dan keluarga kita, itu jauhhh lebih bahagia.

Makanya, kenapa setiap tulang punggung keluarga itu bahagia walau capek, yaa karena mereka berhasil “menghidupi” keluarganya, walau uang yang mereka tabung atau investasikan sedikit atau mungkin tidak ada, tapi ada rasa capek yang terbayar sama suatu kepuasan dalam diri. Semangat para tulang punggung keluarga, semoga Allah senantiasa memberkahi hidupmu aamiin.

Gak kerasa sudah hampir delapan tahun aku bekerja, walau secara karir belum ada peningkatan, tapi ada beberapa pencapaian yang Alhamdulillah tercapai atas izin Allah, salah satunya yaa badal umroh ini.

Ternyata, benar ya kalau Allah sudah menetapkan sesuatu menjadi milik kita, mau kita kemanapun, itu akan menjadi milik kita dan sebaliknya, contohnya apa yang terjadi untuk almarhumah mamaku. Beliau memang tidak bisa umroh secara langsung ke Mekkah, melihat Ka’bah, berlari-lari kecil antara bukit Safa dan Marwah, tapi Allah menetapkan almarhumah mamaku untuk bisa umroh walau beliau sudah tidak ada di dunia. MasyaAllah Tabarakallah.

Kadang aku terpikir, tahun-tahun sebelumnya aku kemana aja ya? Kok baru badal umrohin mamaku di tahun 2023 ini? Tapi kembali lagi ke konsep rezeki dan kun fayakun dari Allah. Allah menetapkan rezeki badal umroh untuk almarhumah mamaku di tahun 2023 ini, InsyaAllah di waktu yang tepat.

Alhamdulillah, pada tanggal 26 Maret 2023 dibulan Ramadhan, badal umroh untuk almarhumah mamaku sudah selesai dilaksanakan. Aku mendapat dokumentasi video dan foto dari sarahbadalumroh untuk pelaksanaan badal umroh almarhumah mamaku pada tanggal 28 Maret 2023. Pada bulan April, aku lupa di tanggal berapa, aku dikirimkan souvenir dari sarahbadalumroh untuk pelaksanaan badal umroh almarhumah mamaku. Isi souvenirnya yaitu kurma, air zam-zam, sertifikat badal umroh mamaku, sama tasbih kalau ga salah.

Buat teman-teman yang membaca postingan ini dan tertarik untuk badal umroh orang tersayang. boleh lihat akun ig sarahbadalumroh yaa.. InsyaAllah Amanah, aku sudah membuktikannya dan amanah. Admin wa nya pun ramah, bahkan kita bisa titip doa dalam pendaftaran badal umroh yang akan dibacakan saat pelaksaaan badal umroh.

Sebagai penutup dari postingan ini, mungkin kita sebagai manusia masih jauh dari kata taat, dari kata shalih atau shalihah, menghamba kepada dunia itu melelahkan, menghamba kepada manusia juga sangat melelahkan, tapi menghamba kepada Sang Pencipta adalah sebaik-baiknya berharap dan pasrah akan apa yang terjadi dalam dunia yang fana. Katanya, dunia itu adalah mimpi, kalau kita sudah tiada, kita baru sadar kalau dunia ini adalah mimpi, tapi dunia adalah mimpi berkepanjangan yang melelahkan, mimpi yang membuat kita terus berupaya jadi hamba yang taat, mimpi yang membuat kita bahagia dan sedih dengan berbagai cobaan yang dialami.

Kalau hidup kita masih jauh dari apa kata orang, yang harus punya ini dan itu, kerja bertahun-tahun harus punya itu dan ini, it’s oke, karena kita hidup bukan apa kata orang melainkan substansi apa yang kita bisa berikan untuk diri kita dan orang lain yang penuh makna, penuh manfaat. Lagipula kebahagiaan setiap orang itu berbeda-beda, ada yang bisa beli sepatu baru sudah bahagia, ada juga yang bisa beli nasi padang sudah bahagia. Tolok ukur kebahagiaan juga tidak melulu tentang uang yang banyak, keluarga yang sehat juga bahagia bukan?.

Jadi baik itu sulit, makanya kita harus memperluas koneksi dengan orang-orang yang baik, yang menasehati kita dalam kebaikan, bukan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apapun di dunia ini.

Jadi, karena Ramadhan sudah mau usai, semoga setiap dari kita, bisa menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain, menjadi manusia yang mencari rezeki dengan cara yang halal dan berkah aamiin.

Sekian, semoga bisa diambil hikmah dari cerita kali ini, wassalamu’alaikum ^^.

Kamis, 23 Maret 2023

Biru

 

Assalamu’alaikum, apa kabarnya teman-teman, semoga dalam keadaan sehat dan diberikan rezeki yang berkah.

Biru

Tiba-tiba hari ini kepikiran posting tentang biru. Dulu, aku suka banget warna biru karena warnanya adem kalau diliat, menenangkan jiwa, dan langit juga warna biru. Kalau menatap langit, kadang teringat doa-doa yang pernah dipanjatkan. Tentang bisikan dalam sujud kepada Sang Pencipta, tentang tangan yang mengadah agar doa yang dilontarkan, kembali ke seorang hamba.

Dalam hidup, tentu saja kita ingat doa-doa yang dikabulkan, yang belum dikabulkan, yang hampir dikabulkan, doa yang diganti dengan hal lain yang lebih baik.

Biru

Kadang dalam hidup, butuh waktu untuk menerima hal yang hampir kita punya. Hampir. Satu langkah lagi kah, satu kesempatan lagi kah. Misalnya, teman-teman yang mencari pekerjaan pasti pernah mengalami hal ini, tinggal satu langkah lagi untuk keterima ehhhh tau-tau belum rezeki, atau misalnya pas ulangan sekolah tinggal satu soal lagi agar lulus KKM ehhh ternyata belum rezeki. Greget ya? Wkkwkwk.

Biru

Pernah dengar ga, kalau apa yang ditakdirkan untuk kita, pasti akan menjadi milik kita, begitupun sebaliknya, kalau bukan ditakdirkan untuk kita, mau kita terus kejar, mau kita terus berusaha untuk gapai ya gak akan pernah jadi milik kita. Kadang, dalam hidup yang fana ini, nyatanya ada usaha yang mengkhianati hasil. Tidak semua yang kita usahakan selalu berhasil, tapi yang terpenting kita sudah berusaha.

Kadang perjuangan dalam hidup memang butuh berkali-kali dilakukan, sampai akhirnya dapat. Well, sebenarnya ada satu kisah menarik dalam “biru” ini. Aku pernah mengalami situasi dimana hampir mendapatkan sesuatu, tapi nyatanya belum rezekiku. Padahal duluuuuuu banget, pernah berujar dalam hati, apa ya rasanya kerja disana, seragamnya bagus. Berkali-kali apply eh gak dipanggil-panggil. Pas dipanggil eh ga jodoh.. gimana tuh? Wkwkkwkwkkw. Susah move on nya waktu itu wkwkwkkw. Tapi, sampai sekarang masih membekas sih “tidak jodoh” nya.

Dari serangkaian jatuh bangun mencari dan menemukan, sepertinya kalimat “belum rezeki, bukan rezekiku, bukan jodohku, kalau rezekiku pasti akan kembali suatu saat nanti, yaudah gapapa belum rezeki” kayaknya itu kalimat-kalimat yang bisa membuat hati agak lega yaa..

Sebagai manusia biasa, pasti kamu pernah merasa ga nyangka kamu bisa lalui hari-hari beratmu dengan baik, kamu bisa dapat nilai yang baik di ulangan sekolah, kamu bisa mendapat juara dari lukisan yang bahkan dulu kamu gak jago gambar dan ngelukis.

That’s a life, sometimes you feel so happy and sad.

It’s oke.

Sebiru-birunya hidupmu, babak belur, lebam, membiru, kamu masih dibawah langit luas berwarna biru. Langit yang penuh tanya, dan harapanmu tentang apa-apa yang dinanti, dicari, diingkari. Masih ada selipan doa-doa dalam hati dalam langkah kaki yang melangkah di jalan-jalan terjal.

Tetap semangat ya, kadang jalan hidup memang suka tidak terduga, tapi kabar baiknya, Allah tidak akan pernah membiarkanmu sendiri.

Semoga biru yang lebam, biru yang menyakitkan, bisa menjadi biru yang menenangkan, menentramkan hati, dan membuat kita menyukai segala titik koma ujian kehidupan.

Tetap semangat. With love from your friends, Novelia.

Wassalamu’alaikum.

Rabu, 18 Januari 2023

Salah Satu Bentuk Rezeki

 

Assalamu’alaikum teman-teman semua, semoga dalam keadaan sehat, bahagia dan tidak kekurangan sesuatu apapun aamiin.


Kalau kita berbicara soal rezeki, sebenarnya rezeki itu gak hanya berwujud uang. Aku pernah dengar ceramah dan quotes yang intinya “Rezeki itu berbeda sama gaji, gak semua orang punya gaji, tapi semua orang punya rezeki. Kalau rezeki hanya bentuk uang, lalu bagaimana binatang bisa makan? Bukannya Allah juga sudah mengatur rezeki binatang, tumbuhan, dan semua yang ada di muka bumi ini”.  Kesehatan, ilmu yang bermanfaat, keharmonisan, ketentraman jiwa, ketenangan hidup, merupakan salah satu bentuk rezeki menurutku. Kita masih bisa bangun untuk hari esok juga masih rezeki. Rezeki untuk jadi pribadi yang lebih baik, dan memperbaiki hal yang harus kita perbaiki.

Setiap dari kita, punya rezekinya masing – masing, dan setauku selama kita hidup pasti ada rezekinya, Allah akan memberikan kita rezeki dan mencukupkan rezeki kita sampai kita meninggal dunia. Ibaratnya kalau sudah meninggal dunia, berarti rezeki kita di dunia sudah habis, jadi waktunya pulang ke Allah.

Pada postingan kali ini, aku akan sharing soal beberapa rezeki yang aku terima dalam hidup, yang wujudnya bukan uang. Apa aja tuh? Hehehe. Salah satu bentuk rezeki yang Allah karuniakan ke diriku adalah bisa kuliah, serius ini rezeki banget buatku. Allah mudahkan jalanku untuk kuliah walau saat menjalani kuliah tuh ada aja cobaannya, tapi alhamdulillah Allah mudahkan. Gatau deh kalau bukan Allah yang memudahkan, kuliahku bisa kelar atau engga. Bahkan, nggak cuma lulus kuliah, Allah kasih rezeki aku untuk menjadi salah satu lulusan terbaik program studi Manajemen tahun 2021. Aku dari awal kuliah  gak menargetkan jadi lulusan terbaik , aku cuma ingin kuliah yang baik, supaya bisa lulus tepat waktu dengan hasil yang baik (cumlaude). Aku gak berharap jadi yang terbaik, aku cuma ingin lulus cumlaude, soalnya kalau cumlaude, nanti orang tuanya duduknya di depan saat wisuda (ada tempat duduk khusus untuk orang tua yang cumlaude) yang aku tau dari temanku yang sudah alumni begitu, jadi aku mau mewujudkan itu supaya Bapakku bisa duduk dikursi itu.

Kalau diinget-inget, dulu waktu semester tiga, aku hampir putus kuliah, karena aku hampir jadi jobless. Intinya diperusahaan tempat bekerja waktu itu cuma sementara, dan harus cari pengganti kerjaan. Bingung kala itu, mana uang tabunganku sudah habis untuk bayar kuliah (soalnya aku pernah nganggur 2 bulanan waktu itu, sementara ada biaya kuliah yang harus kucicil perbulannya), cuma bisa berusaha (apply-apply kerjaan, doa, pasrah). Dari kejadian itu, mungkin aku “Kembali” ke Allah, doa jadi khusyu’ pake nangis pastinya hiks. Pas baca qur’an, ada 1 ayat yang kubaca “Laa Tahzan, Innallaha Ma’ana” tambah rembes air mata hiks. Alhamdulillah Allah langsung kasih aku pekerjaan baru yang lebih baik,tanpa menganggur, Alhamdulillah. Pekerjaan baruku saat itu juga bentuk rezeki, karena Allah karuniakan kemudahan, teman yang baik dan lingkungan yang baik.

Waktu aku lulus kan masih corona ya, 2021, masih WFH, hal ini berimbas pada pelaksanaan  yudisium dan wisuda kampusku. Pelaksanaan yudisum dan wisuda diselenggarakan secara online. Dalam hatiku “yah berarti Bapak gabisa duduk di kursi depan, lihat anaknya di wisuda” tapi Allah Maha Baik, saat yudisium, aku diminta ke kampus untuk datang menjadi perwakilan program studi Manajemen. Aku gak nyangka aja, benar-benar bisa bawa Bapakku ke kampus, buat liat aku yudisium. Allah kabulin doaku dalam wujud yang berbeda tapi tetap indah. Aku berdoa supaya bisa wisuda di JCC dan Bapakku bisa duduk di kursi depan, tapi Allah menggantinya dengan Bapakku ikut aku ke kampus untuk yudisium. Alhamdulillah.

Well, mungkin dari beberapa teman pembaca bertanya, loh kok cuma Bapak Vel yang diajak?, kemana Mamamu?.

Jawabannya, rezeki aku punya mama cuma sampai umur 10 tahun. Mamaku meninggal disaat usiaku menginjak sepuluh tahun. Salah satu bentuk penerimaan dalam hidupku yaaa berdamai dengan kehilangan. Awal-awal pasti berat, cuma yasudah, ini sudah jalan hidup dan yaa.. Allah menakdirkanku punya mama cuma sampai umur 10 tahun, jadi it’s ok, seenggaknya aku belajar menerima soal kehilangan. Untuk teman-teman pembaca, mungkin ada juga yang mengalami cobaan kehilangan orang yang disayangi. Pesanku ya tetap semangat walau kadang teringat hehe. Ingat, kabar baiknya, ini cuma dunia, nanti ketemu lagi di surga, InsyaAllah. Semoga Allah menjadikan kita orang yang sabar, yang bisa mengambil hikmah, sisi positif dari suatu cobaan. Aamiin. Buat teman-teman pembaca yang belum mengalami rasanya kehilangan yaa berbuat baiklah kepada kedua orang tua dan siapapun itu selama masih ada kesempatan (ini nasehat untuk diriku juga).

Duh, sudah ya cerita-cerita sedihnya wkkwkwk. Back to topic. Jadi, gimana? Kamu sudah tahu apa saja bentuk rezeki dalam hidupmu? Semoga kita semua menjadi orang yang bijak dalam mensyukuri nikmat Allah yang telah diberi.

Ceritaku ini tidak bermaksud untuk pamer soal pencapaian ya guys, karena diri ini juga tidak pintar kok, dikampusku ada yang lebih pintar dariku, cuma ya rezeki jadi lulusan terbaik, Allah yang kasih ke aku. Jadi, aku gak berhak menyombongkan apapun, karena bingung apa yang mau disombongin wkkwkw. Soalnya aku ini gak pinter, masih fakir ilmu guys, dan semua pencapaian baik dalam hidup aku, adalah karunia dari Allah dan Allah yang mengizinkan. Jadi, I’m nothing without Allah.

 

هَٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي

Ini termasuk karunia Tuhanku.

 

Semangat ya kamu semua, Wassalamu’alaikum.


 

Senin, 03 Oktober 2022

Sejatinya, Hidup adalah Penerimaan

 

Assalamu’alaikum teman-teman, semoga dalam keadaan sehat aamiin.

Hidup adalah penerimaan. Sebuah kalimat yang kuartikan ke diri sendiri setelah hampir 26 hidup di dunia. Dengan segala sesuatu yang pernah kita alami dalam hidup, bukankah ujung-ujungnya kita menerima? Walau mungkin ada hal yang kita terima dengan “terpaksa” tapi kita tetap terima. Tetap menjalani cerita kehidupan yang endingnya kita harapkan baik. Dari kita lahir sampai saat ini, tentu problematika kehidupan itu pasti ada aja wkwkkw. Kalau dipikir-pikir dan dirasa-rasa, hidup di dunia memang melelahkan. Aku pernah mendengar cuplikan kajian ustadz Adi Hidayat, diceramahnya, beliau bilang “kalau kamu sedang capek, kamu sedang ada musibah, kamu sedang lelah, sabar. Nanti kalau sudah “pulang” semuanya akan hilang. Memang dunia itu tempat capek karena memang tempat beramal. Shalat di dunia, kerja di dunia, puasa di dunia, baca Qur’an di dunia. Kenapa kita kerjakan? Supaya cari bekal untuk pulang ke akhirat. Nanti kata Allah, kalau sudah “pulang” semuanya akan hilang.” Jadi semisal diri kita sedang merasa capek, itu manusiawi.

Dalam hidup yang fana ini, kita pasti diuji. Dalam QS Al-Ankabut ayat 2, Allah SWT berfirman “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?”. Kalau kata guruku dulu, untuk naik kelas saja, kita perlu ujian untuk mengetahui kita pantas ga naik kelas?. Begitupula dengan hidup, ujian itu bisa membuat diri kita “naik kelas”, lebih sabar, lebih bisa menerima. Ya, walaupun saat mendapat ujian, kita merasa sedih, dan air mata menjadi teman akrab kala itu, tapi karena ujian juga mendekatkan diri kita ke Allah.

Kalau aku lagi mengalami ujian hidup, biasanya aku cerita ke teman, dengerin ceramah, nangis, tapi cerita ke Allah itu nangisnya lebih dahsyat lagi guys, karena cuma Allah yang bisa bantu kita. Dalam hidup, kita memang harus memilih teman yang mengingatkan kebaikan, yang jawabannya menentramkan jiwa, yang membuat kita sadar kalau ujian yang kita alami, InsyaAllah akan ada hikmahnya. “Mungkin Allah kangen sama doa-doa kita, mungkin kalau gak dikasih ujian, nanti kita lupa sama Allah” semacam itu lah kata-kata yang kudapatkan dari teman dan dari ceramah-ceramah yang ku tonton.

Kadang, untuk menghibur diri soal perkara dunia, aku cuma bilang ke diriku, “Nanti Allah bantu, sabar. Kabar baiknya, ini cuma dunia.” Kabar baiknya ini cuma dunia, salah satu kata-kata menentramkan jiwa. Dunia itu fana, akan berakhir. Kita ga akan alami kesedihan, capek dan perasaan-perasaan ga enak lainnya kalau InsyaAllah kita masuk surga. Kalau amit-amit masuk neraka ya wassalam, lebih capek dari dunia. Maka dari itu, semoga kita semua meninggal dalam keadaan husnul khatimah aamiin.

Hidup adalah penerimaan. Menerima apapun yang ada dalam hidup, dalam diri kita. Ada orang yang cerita hidupnya menurut kita lebih enak, tapi gaada yang tahu juga jadi dia enak atau engga. Aku pernah banding-bandingin hidup sama orang lain, terus temenku bilang gini “gw malah pengen jadi lu vel”. Mendengar hal itu aku bingung, kayak “lah kenapa mau jadi gw?” wkkwkwk. Tapi, banding-bandingin hidup kita sama orang lain itu toxic guys, kalau bisa jangan, karena seperti penderitaan tiada ujung, hilangnya rasa syukur dan hal-hal negatif lainnya. Astaghfirullahal’adzim.

Mungkin kita pernah mikir gini, enak ya jadi dia bisa kerja di perusahaan X, enak ya jadi dia bisa punya usaha sendiri, enak ya jadi dia terlahir dengan kondisi yang mudah, enak ya jadi dia….. enak ya jadi dia…. Dengan asumsi “enak” menurut kita. Padahal belum tentu juga jadi mereka enak. Aku pernah baca sebuah quotes kalau di hidup ini tuh gaada satu pun manusia yang baik-baik saja, mereka pasti sedang melalui masalahnya masing-masing. Jadi, membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain, itu toxic banget, dan kita merasa bahwa kita gaada valuenya. Padahal Allah sudah menciptakan kita dengan kelebihan dan kekurangan masing – masing. Rumput tetangga memang selalu lebih hijau, tapi dimata tetangga, rumput kita juga sangat hijau WKWKWKKWK.

Back to topic, hidup adalah penerimaan.

Di umur yang mau menginjak 26 tahun ini, jadi lebih bisa nerima. Menerima kalau gak wujudin cita-cita jadi dokter, menerima kalau jadi ahli gizi pun gak tercapai, menerima kalau kerja jadi petugas Kesehatan gak terwujud, menerima harus nunda kuliah 2 tahun, menerima segala kegagalan dalam hidup, menerima keputusan yang diambil. Kalau dibilang sedih, ya sedih (manusiawi). Padahal dulu ingin banget jadi dokter, setelah tau jadi dokter mahal dan kuliahnya lama dan hamba ga sanggup menjalaninya dan beralih ingin jadi ahli gizi (cita-cita SMA waktu nemuin buku soal ilmu gizi), udah kebayang oh nanti kuliah ilmu gizi, nanti kerja di BPOM atau kementrian Kesehatan atau kerja di rumah sakit, nyatanya engga guys wkwkwk. Awalnya berandai akan jadi Novelia Dwi Lestari, S.Gz (Sarjana gizi) eh jadinya Novelia Dwi Lestari, S.M (Sarjana Manajemen) sangat jauh bukan wkwkkwk dari IPA ke ruang lingkup IPS. Ya itulah hidup.

Dulu nih, aku pernah iri sama orang-orang yang kuliahnya dibayarin orang tua, kayak enak ya kuliah tinggal kuliah, gak mikirin biayanya, dan teman-teman seperjuangan tuh kayak ngasih semangat kayak, it’s oke vel ganapa, jadi mandiri, jadi lebih kuat wkwkkwkwk. Pagi kerja, malam kuliah, moga ga tipus (kata temen seperjuanganku dulu). Setelah dilalui 4 tahun (2017-2021), ada rasa bahagia dan berterima kasih sama diri sendiri, makasih sudah sabar, sudah kuat, sudah mau menjalani sampai akhir :’). Kuliah sambil kerja tuh ngefek banget dalam hidupku, karena ngajarin kemandirian, tanggung jawab, dan lain sebagainya. Walau kadang nih, saat diskusi sama teman seperjuangan “eh kenapa ya orang-orang yang kuliah doang dapet kerjanya lebih enak dari kita?” Ibarat aku dan teman-teman sudah setengah modyarrr (mati) kuliah sambil kerja, pas cari kerja susah juga wkwkwkkwk. Yah tapi persoalan cari mencari kerja memang sulit, hanya bisa ikhtiar, doa dan pasrah dan yakin Allah pasti kasih.

Allah Maha Baik, Allah Maha Memberi Rezeki, hal yang tidak kita ucapkan, Allah sudah tahu. Apa yang kita rasain, Allah juga tau. Allah tidak pernah membebani hamba-Nya diluar batas kemampuan, jadi tetap semangat menjalani kehidupan yang fana ini. Senantiasa menerima hal-hal yang terjadi, yang mungkin menurut kita gak oke, tapi yaa kita harus menerima. Menerima setiap kegagalan, menerima penolakan dan lain sebagainya. Kelak, kita akan tau kenapa kita gagal, kenapa kita ditolak, kenapa kita tidak meraih apa yang kita cita-citakan. Aku gatau semisal kuliah ilmu gizi, apa aku bisa jadi pribadi seperti saat ini?. Aku pernah nolak salah satu perusahaan bagus saat masih kuliah, karena jaraknya jauh dari lokasi kerja ke kampus dan waktu itu aku sudah keterima di perusahaan lainnya. Kalau diinget waktu itu, habis tutup telpon menolak untuk lanjut tahap medical check up, aku nangis, karena salah satu perusahaan bagus banget yang pernah ku kunjungi saat interview, dan sedihnya lagi, tau-tau di perusahaan yang aku bela-belain tetap disitu malah aku cuma sementara wkwkwk tapi Allah langsung ganti dengan perusahaan yang membuatku bisa lulus kuliah dengan tepat waktu, dengan teman-teman yang baik.

Hidup adalah penerimaan, menerima apapun yang terjadi dalam kehidupan, dan berupaya memperbaiki agar lebih baik. Allah juga menerimamu sebagai hamba-Nya, menerima ibadahmu yang begitu-begitu saja, yang masih memikirkan dunia disaat shalat yang jauh dari kata khusyu’, Allah menerima segala taubat, maka kembalilah agar tidak capek saat “pulang”.

Ya, begitu teman-teman cerita dariku. Semoga bermanfaat, wassalamu’alaikum 😊

Jumat, 09 September 2022

Sahabat Baikku Bernama Riyanti

Assalamu’alaikum, apa kabarnya teman-teman, semoga dalam keadaan sehat yaa.

Kalau postingan sebelumnya aku sudah share tentang lika liku semasa skripsi, pada postingan kali ini aku akan share tentang salah satu sahabat baikku yang senantiasa mensupport aku selama bekerja, ngerjain skripsi sampai aku lulus. Riyanti namanya, biasa kusapa dengan sebutan Mbak Yanti. Seseorang yang ku temui di bulan Agustus 2019 kalau tidak salah. Mbak Yanti ini temanku dikantor dan kami sering menghabiskan waktu berdua, cerita – cerita di kantor, cerita sepulang bekerja, bahkan hangout pun berdua. Beliau orang yang sangat menyenangkan dan aku senang berteman dengan Mbak Yanti karena beliau bisa memberikanku nasihat serta mengajarkanku banyak hal tentang pelajaran hidup. Kadang, teman yang usianya lebih tua dari kita, memang sangat kita butuhkan, karena mereka lebih dulu mengalami berbagai ujian hidup, mereka memiliki pandangan hidup yang lebih “matang”. Gak melulu kedewasaan seseorang diukurnya dari usia, tapi Mbak Yanti ini selaras antara usianya dan pola pikirnya. Jujur, selama bersamanya, aku mendapatkan insight yang positif tentang cara menghadapi kehidupan.

Teman-teman pernah gak sih ngerasain hubungan persahabatan yang sudah seperti keluarga sendiri? kurasa pernah. Hal itulah yang aku rasakan saat bersahabat dengan Mbak Yanti. Aku merasa, dia sudah seperti kakak perempuan kandungku. Well, aku tidak punya kakak perempuan kandung, tapi semenjak kehadiran beliau, aku merasa seperti memiliki kakak perempuan kandung. Aku banyak bercerita tentang apapun, kuliah, pekerjaan, bahkan sampai soal asmara. Selama ku berteman dengannya, dia adalah sosok perempuan yang tegar, tangguh, perempuan yang bisa mensyukuri hal sekecil apapun dalam hidupnya. Tidak pernah kudengar dia menghakimi Sang Pencipta dan bertanya kenapa.

Sayangnya pertemuan kami harus berakhir di bulan Agustus 2022. Bukankah setiap pertemuan, suatu saat akan ada perpisahan? Ada pagi ada malam, ada terbit ada terbenam, ada pertemuan dan ada perpisahan. Pertemuan kami harus berakhir bukan karena kami memutuskan untuk mengakhiri, namun karena takdir Allah. Teman-teman pernah dengar kata-kata “aku sayang kamu, tapi Allah lebih sayang kamu.” Kata-kata itu menggambarkan perpisahan aku dan Mbak Yanti. Beliau berpulang tepat di tanggal 07 Agustus 2022. Allahuyarhamah.

Sejak kepergiannya, hidupku agak sedikit berubah di kantor. Seperti hening tapi ada pada sebuah kebisingan. Seperti kehilangan salah satu rumah ternyaman untuk bercerita, untuk bertukar pikiran. Manusia bisa berencana tapi tetap Allah yang menentukan. Sebuah kata-kata yang menggambarkan rencana persahabatan kami berdua. Sebelum aku lulus, kami pernah berniat untuk pergi liburan bersama dengan teman-teman kantor lainnya, namun hal itu tidak terealisasi.

Satu hal yang buatku tersadar betapa sayangnya Allah padaku, Allah kirimkan teman-teman yang baik kepadaku, Allah kirimkan nasihat-nasihat terbaik dari teman-temanku, Allah anugerahi aku teman yang bisa kuajak bercerita dan saling support.

Alhamdulillah ya Mbak, di dunia yang fana ini, aku kenal kamu dan bersahabat baik denganmu (Mbak Yanti).

 

Kamis, 18 Agustus 2022

Setengah Windu Menjadi Rindu

 

Assalamu’alaikum, apa kabarnya teman-teman, semoga dalam keadaan sehat.

Untuk teman- teman yang pernah membaca ceritaku beberapa tahun silam, tentu tahu bahwa saat itu aku masih berstatus sebagai mahasiswi. Alhamdulillah empat tahun menjalani kuliah, akhirnya aku lulus di bulan Agustus 2021.

Ada beberapa hal yang aku alami saat skripsi. Orang bilang, ujian saat skripsi itu bisa dari berbagai aspek. Dulu, temanku saat skripsi, diberhentikan dari tempat kerjanya karena sering izin, ada juga temanku yang pada saat menyusun skripsi kena covid, ada juga yang orang tuanya sakit. Aku tidak mengalami itu semua, yang aku alami adalah sebuah problema ketika mau sidang dan teman baikku dikantor kena covid.

Sebelum ku paparkan beberapa ceritaku, sebagai ungkapan syukur, aku sangat berterima kasih kepada dosen pembimbingku, Ibu Wulan Sari, SE, MSi yang sudah sabar membimbingku, dan beliau adalah orang yang membuatku harus belajar mengolah data dan mengetahui data-data. Pelajaran mahal yang ku dapat dari beliau semasa ku mengerjakan skripsi.

Singkat cerita, empat hari menjelang sidang, aku cuti dari kantor untuk mempersiapkan semuanya. Saat ku cuti, aku dihadapi oleh sebuah pekerjaan yang cukup banyak dan harus diselesaikan. Dilema memang, disatu sisi aku sedang berusaha belajar demi siap sidang, namun disisi lain sudah menjadi tanggung jawabku karena teman-temanku tidak ada yang bisa backup (karena covid). Alhamdulillah, Allah memudahkan segalanya, Allah memudahkanku menyelesaikan tanggung jawab bekerja dan selesai tepat waktu. Allah juga mengutus manusia baik yang menemaniku menginput kerjaanku yang cukup banyak.

Hari sidang pun tiba, Jumat, 30 Juli 2021 tepatnya, akhirnya aku mendapat gelar S.M (Sarjana Manajemen), Alhamdulillah. Seusai sidang, aku dan beberapa teman kantorku menyempatkan video call ke temanku yang sedang dirawat di rumah sakit karena covid. Beliau salah satu orang yang menyemangatiku, memberi dukungan, saran, mendengarkan celotehanku tentang apapun. Kala itu, senang yang kurasa, akhirnya lulus dan kubisa melihat temanku yang sedang sakit walau hanya via video call. Kami sempat bercanda beberapa saat, sampai akhirnya kami putuskan untuk mengakhiri video call agar ia bisa istirahat.

Kadang, aku suka tidak menyangka, betapa baiknya Allah kepadaku. Kalau ingat dulu, masa-masa semester 3, hampir saja aku tidak lanjut kuliah, tapi Allah Maha Baik, menolongku untuk lanjut dan bisa menyelesaikan studiku tepat waktu.

Kini, perjuangan setengah windu itu menjadi rindu. Aku akan merindukan masa-masa kuliah. Masa-masa dimana seusai bekerja, langsung ke kampus untuk belajar. Masa-masa dimana hujan akan kuterjang sepulang bekerja, jika hari itu bertepatan dengan UTS atau UAS. Masa-masa dimana, aku dan teman-teman kampusku berbagi cerita apapun. Masa dimana aku sangat produktif, menjalani rutinitas yang itu-itu saja setiap harinya, tapi aku senang. Masa dimana hari Sabtu dan Mingguku menjadi hari untuk mengerjakan tugas, kerja kelompok, mempersiapkan kuis dan lain sebagainya. Setengah windu menjadi rindu, semoga apa yang kuupayakan selama ini, bisa menjadi ridho Allah dan orang tuaku aamiin.

Untuk teman-teman yang masih kuliah, atau kuliah sambil kerja, semangat ya!. Kalau teman-teman merasa capek, jenuh, bosan itu wajar, yang penting jangan menyerah. Bilang sama diri sendiri “Sabar, nanti juga selesai kok, pasti selesai kalau kamu sungguh-sungguh”.

Sekian, wassalamu’alaikum 😊

Sumber: google.com