Senin, 13 Maret 2017

Arsitek





Assalamu’alaikum sahabat

Bagaimana kabarnya hari ini? Semoga sehat selalu. Pasti sahabat sudah tahu soal arsitek. Profesi yang berhubungan dengan desain suatu bangunan. Well, tujuan saya memposting tulisan ini adalah, saya ingin bernostalgia soal impian saya mengenai pasangan hidup (?) wkwk. Dari duluuuuuuu, *dari SMP kalau gak salah* saya ingin sekali menikah dengan seorang arsitek. Alasannya? Ya biar bisa dibuatin desain rumah yang sesuai dengan impian saya. 

*Ilustrasi*



“Vel, rumah lu bagus ya, ini arsiteknya siapa?”
“Suami gue.”
“Ini juga bagus Vel penataannya, yang desain suami lu juga?”
“Iya Alhamdulillah.” *senyum mempesona*
Kira – kira begitulah yang saya bayangkan ketika saya menikahi seorang arsitek.

Well, selain itu ya, hmm saya ingin menikahi seorang arsitek karena Insya Allah, arsitek matematikanya hebat :D hitung – hitungannya keren. That’s why, I choose architect for my future husband. Saya suka banget sama laki – laki yang smart. And you know what? Saya ingin punya suami arsitek biar bisa diajarin soal bangun ruang wkkwk *dikala itu saya sedang merasa terdzhalimi oleh bangun ruang T,T*

Waktu demi waktu berlalu, namun orang yang pernah saya sukai atau yang masih saya sukai (?) tidak ada yang mengambil kuliah jurusan arsitek *betapa oh betapa*. Sebenarnya, saya tidak menuntut suami saya harus arsitek, tidak. Saya hanya punya impian seperti itu, kalau Allah menjodohkan saya dengan laki – laki dengan profesi bukan arsitek ya why not. Kalau suami saya bukan arsitek, mungkin nanti anak saya yang jadi arsitek. *tetep ya arsitek hehe*

Saya bekerja di sebuah perusahaan yang berhubungan dengan perusahaan properti. Jangan ditanya sudah berapa arsitek yang saya tahu maupun yang saya temui hahaha. *Baper baper.*

Saya punya pengalaman mengesankan tentang arsitek. Jadi, saya pernah datang ke sebuah perusahaan properti untuk meeting-in project, dan ya, saya mengenal sosok arsitek yang keren. Beliau sudah handal sekali. Jam terbangnya tidak usah ditanya, sangat tinggi. Pengalamannya? Banyak tentunya. Beliau bercerita soal pengalamannya bekerjanya. Beliau pernah bekerja di luar negeri, di perusahaan – perusahaan besar. Satu hal yang saya kagumi dari sosok beliau selain profesinya sebagai arsitek, beliau sangat tidak menyukai korupsi *hebat!*. Beliau memiliki pembawaan yang berwibawa, santai namun serius, dan saya kagum atas pernyataan beliau soal tidak baiknya korup mengkorup.

Bravo untuk Bapak! Hebat!

Saya juga punya pengalaman kenal sama arsitek yang masih cukup muda wkwk, ada yang sudah menikah, ada juga yang sepertinya belum wkwk. Berminat? Jawabannya nggak juga. Kenal deket juga nggak, sebatas rekan kerja. Gak usah kebanyakan baper, kuliah dulu ^^

Saya tidak menuntut jodoh saya itu seorang arsitek atau bukan, pada akhirnya arsitek maupun bukan arsitek, kita akan tetap sama – sama membangun bukan? :)
 
Sebagai penutup dari postingan kali ini, saya akan berkata kepada jodoh saya yang entah ada dimana. “Where are you know?”


Teruntuk laki – laki yang dipilihkan oleh Allah untuk menggenapi hidup saya, saya mau belajar dulu, mau menambah ilmu dulu, entah kita beda usia berapa tahun, yang pasti aku sedang sibuk. Kuharap kau juga menyibukkan diri, demi menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua. Terima kasih atas semua tanyaku yang akan kau jawab nantinya. Kita akan bertemu di waktu yang tepat *Insya Allah*

*Gak usah baper yaela wkwkwk, ini gak romantis – romantis amat*

Wassalamu’alaikum.

Selamat bernostalgia dan memikirkan ke dermaga mana perahu kita akan merapat *uhuk*

Sabtu, 11 Maret 2017

Syukuri & Tingkatkan Lagi!



Assalamu’alaikum sahabat!

Sebenarnya sudah lama saya memperhatikan hal ini semenjak saya bekerja. Memperhatikan sistem perusahaan lain, memperhatikan perilaku pegawai perusahaan lain, yang tentunya membawa dampak positif bagi diri saya. 

“Rumput tetangga selalu lebih hijau dari rumput sendiri.” Pernah tahu kalimat itu?. Kenyataannya memang benar, hampir semua orang merasakannya, termasuk diri saya. Saya tidak tahu kenapa, hanya ingin belajar menjadi lebih dan lebih lagi. Saya banyak belajar dari orang – orang di sekitar saya. Belajar dari klien – klien tempat saya bekerja. Belajar soal how to be a great finance, how the system is running, tax, why we must have a good knowledge and many more. Saya sadar bahwa diri ini masih miskin ilmu.

Ada gak sih rasa iri sama klien?

Jawabannya? Ya sudah pasti ada. Saya banyak menghubungi orang finance dan orang pajak dari berbagai perusahaan, mulai dari swasta hingga BUMN. Rasa iri saya bukan semata – mata soal banyaknya materi yang mereka dapat, tapi lebih dari itu. Saya iri akan pengetahuan mereka yang sudah pasti lebih banyak dari saya.  Saya iri ketika mereka sudah terbiasa dengan sistem dan manajemen yang sudah teratur sedemikian hebatnya. Sampai detik ini saya masih belajar untuk meningkatkan skill saya.

Ada gak rasa bangga menghubungi mereka?

Jawabannya? Sangat bangga. Saya bangga bisa menghubungi klien – klien saya yang sudah bekerja di perusahaan besar. Di perusahaan, yang mungkin diidamkan oleh diri saya sendiri. Terkadang, klien saya menjelaskan kepada saya soal proses turunnya sebuah giro secara singkat sesuai manajemen perusahaan mereka. Terkadang, klien saya juga menjelaskan soal proses bukti potong pajak. Penjelasan yang singkat namun bermakna bagi saya. Saya belum terlalu paham soal mekanismenya, hanya tahu sebagian kecil saja.

Ingin rasanya bisa menjadi seperti mereka, yang memang sudah terlatih dan tahu banyak soal apa yang saat ini sedang mereka jalani,

Terkadang saya terharu, bagaimana mungkin seorang lulusan SMA, yang belum genap menyandang gelar sarjananya, bisa menghubungi orang  - orang penting di perusahaan besar. Bagaimana mungkin seorang sarjana menganggap saya yang belum sarjana, menjadi rekan kerja mereka, dan terkadang mereka menjelaskan mekanismenya.

Terima kasih Ya Allah atas nikmat yang Kau beri padaku.

Tepatnya malam ini, 11 Maret 2017 saya mengunjungi salah satu website perusahaan. Saya melihat struktur perusahaan tersebut, laporan keuangannya, sampai kepada form yang membuat saya berlinang air mata. Form yang sangat manis sekali bagi saya. Form tentang bantuan pendidikan kepada putra putri karyawan perusahaan tersebut. Penghargaan yang diberikan kepada putra putri yang berprestasi dari pegawai perusahaan tersebut. Indah ya?. Saya sungguh tidak bisa menahan air mata saya. Saya tahu bahwa susah payah orang tua menyekolahkan anaknya. Bekerja dari pagi hingga sore atau bahkan malam hari. That’s why, terkadang yang membuat seorang anak menangis ketika mendapatkan nilai jelek, mereka merasa mengecewakan orang tuanya yang sudah berusaha untuk membiayai sekolahnya. Yang membuat saya terharu, sangat mulia perusahaan yang memberikan bantuan pendidikan seperti itu. Bagaimana mungkin, waktu yang dihabiskan oleh karyawan untuk bermain bersama anaknya, dihabiskan demi sebuah perusahaan? Lalu perusahaan tersebut memberikan penghargaan pendidikan kepada putra putri pegawai yang berprestasi. Indahnya. Saya tidak membicarakan soal angka – angka yang diberikan, saya membicarakan soal kepedulian perusahaan kepada pegawai dan kepada anak – anak pegawai.

Teman saya pernah memberi tahu saya, ternyata salah satu asset perusahaan adalah karyawannya. Karyawan hanya sebutannya saja, wujudnya? Ya manusia. Memiliki hati, memiliki motivasi, memiliki kekhilafan juga. That’s why, terkadang perusahaan merasakan kehilangan ketika karyawannya yang berprestasi memilih resign. 

Simbiosis mutualisme. Tahu tidak? Kurang lebih artinya pihak 1 dan pihak 2 sama - sama menguntungkan. Seharusnya perusahaan dan karyawan memiliki hubungan kerjasama simbiosis mutualisme.

Apa gunanya perusahaan tanpa karyawan? Dan apa gunanya karyawan tanpa perusahaan?. Saling membutuhkan, namun tetap menguntungkan.

Bagi saya, karyawan diberi upah atau yang sering kita sebut dengan “gaji”, bukan semata – mata mereka mengemis pada perusahaan. Gaji adalah hasil dari kerjasama antara perusahaan dan karyawan, bukan semata – mata karyawan menjadi “budak”.

“Lu jual gue beli, lu gak jual ya gue gak beli.” Kira – kira seperti itulah maksud saya.

Terlepas dari apa yang saya uraikan, saya bercita – cita untuk bergabung ke perusahaan yang lebih baik dari segi manajemen. Semoga, kelak saya bisa bergabung ke perusahaan yang memperhatikan kesejahteraan karyawan dan keluarga karyawan. Semoga, kelak jika saya sudah mampu membuat sebuah perusahaan, saya bisa menerapkan sistem seperti yang saya uraikan. Penghargaan pendidikan kepada putra putri karyawan saya, sebagai permohonan maaf karena sudah menyita waktu orang tua mereka untuk bekerja. Kasih sayang orang tua tidak bisa dinilai dengan uang memang, tapi tidak ada salahnya memberikan bantuan berupa uang, untuk putra putri generasi penerus bangsa yang mau belajar meskipun orang tuanya sibuk membanting tulang.

Saya akhiri postingan kali ini. Saya berdoa semoga kedepannya kita bisa menjadi manusia – manusia yang lebih baik lagi. Semoga orang – orang yang berniat untuk korupsi lekas disadarkan oleh Allah SWT. 

Satu hal yang saya pelajari, penting sekali untuk bersyukur dan terus mengasah diri menjadi lebih baik lagi. Semoga doa – doa yang mengalir untuk  kita, Allah jabah. Terima kasih atas pembelajarannya Ya Allah.

Untuk semua klien saya, terutama untuk orang – orang bagian finance dan pajak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas semua pelajaran yang telah diberikan kepada saya,  terima kasih sudah mau menjelaskan hal yang belum saya ketahui sebelumnya, terima kasih atas jawaban atas pertanyaan saya, dan mohon maaf apabila saya memiliki kesalahan, maklumi karena ilmu saya masih sedikit, but I promise to improve my skills.  

Terima kasih atas pelajaran berharga ini, semoga saya bisa seperti kamu.

Salam,


Novelia Dwi Lestari

Minggu, 05 Maret 2017

Terima Kasih Sudah Menunggu










Assalamu’alaikum sahabat!

Apa kabar? Sudah lama kita tak jumpa ya? Masihkah dirimu masih sama seperti yang kulihat sebelumnya? Masihkah dirimu masih sama seperti dulu? Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih sudah menunggu. Menunggu postinganku ini heheh (apa ini!)

Baper. Satu kata yang sering ada di perasaan masing – masing orang. Saya gak tahu asal muasal kata “baper” ini tepatnya sejak kapan, bagi kamu yang gak tau apa itu baper,baper itu bawa perasaan. Saya akan menceritakan soal kisah baper yang saya alami.

Teman – teman tahu gak TELKOM? Pasti tahu lah ya :D Perusahaan telekomunikasi yang sangat besar, yang  namanya sudah terkenal. Saya beberapa kali menghubungi pihak TELKOM, gak keitung pokoknya berapa kali hehe (karena saya gak ngitungin). Saya suka sekali dengan kata – kata customer service TELKOM. Kata – katanya sopan dan bikin baper hahaha.



*Reka Adegan*

Tekan “147” di telepon.

“Selamat datang di Telkom 147, untuk layanan bahasa Indonesia tekan 1, untuk…..” Saya tekan 1 tuh. 

“Untuk berlangganan indihome dan produk Telkom lainnya tekan 1. Untuk pengaduan service dan layanan tekan 2, untuk informasi tekan 3” Kira – kira teman - teman bakal disambut sama suara ini ketika harus memilih sebuah pilihan wkwkwk.

Lalu, customer service akan berbicara ketika kita sudah menekan salah satu dari nomor pilihan itu.

Telkom, Selamat Pagi dengan *menyebutkan nama* ada yang bisa saya bantu?”
“Pagi Mbak/Mas, saya mau tanya bla bla bla bla bla”
“Baik, mohon maaf sebelumnya dengan Ibu siapa saya berbicara?”
"Novel, Mbak/Mas”
"Oke Bu Novel, untuk informasi yang Ibu perlukan kami akan periksa terlebih dahulu ya Ibu, mohon untuk tidak ditutup teleponnya ya Ibu Novel ya .” 
“Iya.”

Saya pun menunggu jawaban atas pertanyaan saya.

“Bu Novel?”
“Iya?”
“Terima kasih sudah menunggu ya Bu Novel, baik saya akan menginformasikan bla bla bla bla.”

Ya kira – kira begitulah saat saya telepon pihak TELKOM. Semua Customer Service Telkom selalu menggunakan  bahasa yang sopan dan ramah. Mau tahu kata – kata apa yang bikin baper?. Jawabannya adalah “TERIMA KASIH SUDAH MENUNGGU” wkwk, kata – kata ini bikin baper, Kata – kata ini selalu diucapkan Customer Service TELKOM jika mereka meminta kita untuk menunggu jawaban.

Untuk para wanita diluar sana, yang sedang menunggu seseorang, pasti akan baper jika orang yang ditunggunya selama ini, datang dan mengucapkan kata “Terima kasih sudah menunggu.” Atau sahabat pernah mengalami kejadian baper lainnya? Kalau ternyata customer service Telkom yang menjawab telepon sahabat adalah orang yang selama ini sahabat tunggu? Wah amazing! Congratulation! Wkwk. Setidaknya doi sudah mengucapkan kata – kata itu walaupun sebatas ungkapan antar pelanggan Telkom dan customer service.

Well, mungkin saya aja kali ya yang merasa baper sama kata – kata dari pihak TELKOM :D

Dari sini saya belajar banyak, bahwa kata – kata mampu “menghipnotis” orang lain. Kepribadian dan tutur kata yang baik akan membuat orang lain respect terhadap kita.’

Menunggu. Menunggu itu akan mengajarkan kita kesabaran. Sabar aja. Insya Allah kesabaran akan berbuah manis. Misal nih, mau banget ngechat orang yang disukai, ya gak usah ngechat wkwk sabar aja. Saya banyak belajar soal rasa menyukai seseorang. Yang terpenting untuk kamu kamu para single di manapun kamu berada, asah dan terus kembangkan diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Sibukkan diri, nanti juga jodoh datang sama keluarganya :D Kalem. 

Well sebagai penutup tulisan ini, saya akan beri kata – kata ini. *caelah*

“Terima kasih sudah menunggu, maaf atas ketidakpastian yang kamu tunggu tentang saya. Saya hanya manusia biasa, tidak semengagumkan seperti yang ada dipikiranmu selama ini. Maaf atas waktu yang kau habiskan demi menungguku. Kuharap, kamu selalu menyibukkan diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik.” Teruntuk yang sedang menunggu disana, dari diriku yang membuatmu menunggu *apa – apaan ini* wkwk.






Sekian
Wassalamu'alaikum
Yuk Perbaiki Diri!^^


Rabu, 15 Februari 2017

Sebuah Pilihan dan Proses Menjadi Dewasa



Assalamu’alaikum sahabat!

15 Februari 2017, hari ini diselenggarakan pilkada, salah satunya untuk DKI Jakarta. Sudah menggunakan hak pilihnya hari ini?. Pada postingan kali ini, saya tidak akan membahas terlalu banyak mengenai pilkada, saya akan membahas sebuah pilihan dan proses menuju dewasa. Kenapa saya bahas pilkada sebagai pembuka? Karena momentumnya tepat sekali tentang sebuah pilihan. 

Well, sebelum berlangsungnya pilkada hari ini, banyak teman – teman saya mulai dari teman semasa SD, SMP, SMA, membicarakan soal pasangan calon gubernur dan wakil gubernur. Ada yang memilih si nomor 1, 2, maupun 3. Mereka berargumen dengan lugasnya. Saya memperhatikan apa yang mereka tuliskan melalui media sosial. Saya takjub! Kenapa? Karena saya ingat betul, perilaku teman – teman saya semasa sekolah.  Semasa sekolah, saya tidak pernah mendengar mereka berargumen mengenai politik selugas itu. Ini semua terjadi ketika mereka sudah menjadi mahasiswa dan mahasiswi. Berbagai artikel mereka share. Mereka berpendapat, bahkan juga ada yang adu pendapat, layaknya sebuah debat yang beberapa hari lalu diselenggarakan di televisi. Saya berpikir rupanya kuliah bisa mengubah pola pikir teman – teman saya. Rupanya pola pikir teman – teman saya sudah mulai dewasa sekarang, gumam saya dalam hati. Rata – rata teman saya semasa SMA yang seru sekali membahas pilkada. Rata – rata juga teman saya masuk perguruan tinggi negeri dan mengikuti organisasi. Rasa takjub saya tidak berhenti disitu saja, karena teman – teman saya juga sudah mulai menggunakan bahasa yang diplomatis. Kapabel, kredibilitas, dan kata – kata resmi lainnya lugas sekali mereka ketik dalam sebuah chat grup. Kadang, ada juga yang memakai sapaan “saya” yang jarang sekali terdengar semasa sekolah disela – sela perbincangan pada jam istirahat.

Saya tidak banyak berargumen dalam sebuah chat grup. Silent Reader. Ya, itulah saya. Saya memang diam, tapi saya memperhatikan. Perkuliahan membuat teman – teman saya menjadi lebih dewasa. Semoga saja argumen mereka berdasarkan fakta yang ada, bukan hanya sebatas rasa. 

Kuliah. Tadi saya sudah membahas soal pola pikir teman saya yang berubah karena kuliah, sekarang saya akan membahas tentang sebuah pilihan, salah satunya untuk memilih universitas. Saat saya SMA dulu, hampir semua mengidam – idamkan masuk perguruan tinggi negeri (PTN), ada yang mau masuk UI, UGM, ITB, dan sebagainya, dan saya termasuk orang yang mengidam – idamkan masuk PTN. Berbagai jalur kami ikuti mulai dari jalur SNMPTN, SBMPTN, Mandiri. Manusia berhak berencana, namun tetap Allah yang menentukan. Pengumuman demi pengumuman tes berlalu begitu saja. Ada yang berhasil masuk PTN, ada yang berhasil masuk PTS, ada yang menjalani perkuliahan di Universitas Kehidupan. Semuanya berhasil bagi saya. Kini mereka sudah memasuki semester empat. Dua tahun sudah terlampaui lika liku masa kuliah sejak lulus SMA di tahun 2015. Kita tinggalkan dulu perbincangan mengenai PTN. Kali ini kita akan bahas mengenai PTS dan Universitas Kehidupan. Ada dua pilihan ketika seseorang ingin kuliah di PTS. Pilihan pertama adalah kuliah reguler, layaknya mahasiswa mahasiswi PTN, pilihan kedua adalah kuliah sambil bekerja. Ada dua perbedaan waktu untuk kuliah di PTS, semua sesuai pilihan masing – masing. 

Dua tahun sudah saya menunda untuk kuliah, banyak pelajaran berharga selama dua tahun ini. Pikiran sempit saya tentang sebuah pilihan mulai meluas, rasa underestimate  saya tentang sebuah pilihan mulai berubah menjadi rasa menghargai. Saya rasa masih ada sikap Underestimate  sampai detik ini. Underestimate untuk berbagai objek, mulai dari sebuah instansi, program yang dicanangkan, individu dan sebagainya. Dulu saya berpikir bahwa hanya orang – orang yang masuk PTN yang sudah pasti keren! Tapi dua tahun ini saya mengalami perubahan dalam berpikir dan menilai. 

Saya memiliki teman yang memutuskan untuk menunda setahun kuliah, lalu sekarang ia sudah memasuki semester dua di salah satu PTS di Jakarta. Tahun ini, tepat dua tahun sudah saya menunda, dua tahun saya menunggu apa yang saya inginkan sejak masa sekolah. Tahun ini pula saya memutuskan tentang sebuah pilihan. Realistis. Tidak ada yang salah tentang sebuah cita – cita, namun saya memilih untuk realistis demi mewujudkan cita – cita. Tahun ini saya memutuskan untuk kuliah sambil kerja di salah satu PTS di Jakarta. Jika saya sudah pasti menjadi Maba (Mahasiswa Baru), nanti saya posting lagi cerita saya hehe. Mengapa saya tidak berusaha tes untuk masuk PTN lagi? Padahal ini adalah tahun terakhir saya bisa masuk PTN, alasannya sederhana sekali, dua tahun yang saya lalui ini sangat berarti. Saya bisa menghargai sebuah pilihan. Saya mencoba menghilangkan rasa underestimate  saya dan banyak pelajaran lainnya. Saya mencoba menjadi tangguh, berjalan diatas kaki sendiri. Saya ingin membuat diri saya bangga kepada diri saya sendiri. Membangun rasa kebanggaan pada diri sendiri tidaklah mudah, maka dari itu saya memutuskan untuk kuliah sambil bekerja, agar saya menjadi mandiri, agar saya merasakan perjuangan orang tua saya membiayai masa sekolah saya, agar saya menghargai alat tulis pemberian orang tua, agar saya menghargai buku pelajaran yang dibelikan orang tua saya kepada saya.  Sering sekali saya mendengar keluh kesah orang tua “Anak mah minta bukunya aja merengek, maunya cepet dibeliin, setelah dibeliin, bukunya dibaca juga nggak.” Pernah mendengar kata – kata itu?. Mungkin saya adalah salah satu anak yang merengek minta dibelikan buku pelajaran, namun saat sudah dibelikan, buku itu saya simpan rapih dalam rak buku.

Sebuah keputusan pasti ada konsekuensi dan pertanggungjawabannya. Konsekuensi yang saya terima apabila saya kuliah sambil bekerja? Ya sudah pasti saya akan mengalami kehidupan monoton. Pagi bekerja, malam kuliah, atau senin sampai jumat bekerja, sabtu dan minggu kuliah. Tidak ada organisasi. Apa itu BEM? Apa rasanya jadi BEM? Saya tidak akan mengalami masa – masa kuliah seperti kuliah pada umumnya. Namun, ke-monoton-an itu memotivasi saya untuk meng-create  sesuatu.

Well, sekarang saatnya kita menuju ke Universitas Kehidupan. Dua tahun sudah saya menimba ilmu di Universitas Kehidupan. Ada juga salah satu teman saya yang masih kuliah di Universitas Kehidupan. Saya pernah bertanya pada teman saya, anggap saja namanya Mentari.

“Mentari tahun ini lu mau kuliah di mana?” Tanya saya.

“Kayaknya gw nunda lagi Vel, gw gak tau kapan gw bisa kuliah, mau sih kuliah cuma ada beberapa kendala………..” Mentari menguraikan panjang sekali dalam sebuah chat.

Saya terharu sekali membaca uraian panjang teman saya mengenai kuliah. Dia menuliskan keinginan, harapan, dan lain sebagainya. Saya paham betul bahwa teman saya ini ingin sekali kuliah. Saya belajar banyak dari teman saya, rupanya teman saya menjadi pribadi yang bersabar dan senantiasa bersyukur. *Semoga kamu cepat kuliah ya, tak sabar menunggu berita bahagia darimu, kawan*

Hidup itu pilihan. Cak lontong, seorang pelawak yang lucu, memberi saya sebuah gambaran kehidupan. Beliau pernah bilang yang intinya, anak tidak bisa memilih orang tua dan orang tua tidak bisa memilih anak. Benar sekali. Allah menciptakan dan menyatukan kita dalam keluarga masing – masing. Syukuri dan cintai kedua orang tua kita.

Bagi saya, semua yang ada di PTN, PTS, kuliah sambil bekerja, yang masih bersabar untuk kuliah, semuanya keren! Saya tahu rasanya jadi anak rantauan demi mengejar cita – cita, karena banyak teman saya yang merantau demi kuliah dan mereka menceritakan rasanya jauh dari orang tua dan mengalami homesick. Ada juga cerita dari teman saya yang berjuang untuk kuliah sambil bekerja dan ada teman saya yang masih bersabar karena belum kuliah. Kita semua hebat teman!

Sebagai penutup pembahasan yang cukup panjang ini, saya akan berandai – andai. Beberapa tahun ke depan, mungkin wajah teman – teman saya akan terpampang di televisi,  di baliho, maupun di media massa. Ada yang akan menjadi rekan dalam satu partai, ada yang menjadi lawan dalam sebuah pemilihan kepala daerah bahkan presiden, ada yang menjadi ahli dibidangnya masing – masing, ada yang menjadi publik figur, pengusaha, pekerja kantoran dan sebagainya. Doa saya semoga kelak teman – teman saya menjadi manusia yang bermanfaat. Semoga mereka bisa menjadi pribadi teladan. Semoga generasi bangsa bisa terus maju, dengan pemimpin – pemimpin yang silih berganti. Saya pernah ingin menjadi anggota MPR RI, seorang Menteri, dan sebagainya. Well, kalau pengandaian saya terjadi, saya hanya ingin mengatakan kepada teman -  teman saya, tetaplah menjadi pribadi yang terus menjadi baik, ingat Allah selalu, jangan korupsi hehe :)

Salam Lestari dari Novelia Dwi Lestari
Calon pengusaha sejati
Calon anggota MPR RI
Calon Menteri
Calon Istri
hehehehe                     

Wassalamu’alaikum

Selamat menentukan pilihan ^^