Selasa, 10 Januari 2017

Hidup Bagaimana Nanti, atau, Nanti Bagaimana?


Assalamu’alaikum sahabat!

Sebelum saya memulai tulisan saya, coba jawab dulu pertanyaan di judul tulisan saya kali ini hehe. Hidup bagaimana nanti, atau, nanti bagaimana?.Bagaimana nanti dan nanti bagaimana tersusun dari dua kata yang sama, namun memiliki arti yang berbeda. Sudah dapat jawabannya? Yuk kita simak pembahasannya :)

Pertanyaan :Hidup bagaimana nanti maksudnya apa ya Vel?

Jawaban  :Hidup bagaimana nanti itu maksudnya, keadaan dimana seseorang menjalani hidupnya dengan pasrah. Seseorang yang menerima apa saja yang terjadi dihidupnya. Contohnya begini, “eh kamu cita – citanya apa?” nah terus jawabnya gini “ya lihat nanti ajalah.” Gitu. 

Pertanyaan :Lalu, apa bedanya sama nanti bagaimana Vel?
Jawaban   :Nah! Nanti bagaimana ini kebalikannya dari bagaimana nanti  *yaiyalah hehe*. Contohnya begini, “eh kamu cita – citanya apa?” terus jawabnya gini “cita – cita aku mau jadi pengusaha yang omsetnya triliunan biar bisa berangkatin haji karyawan – karyawan aku, pengusaha yang bisa sedekah triliunan juga ke panti asuhan,yatim piatu dan lain sebagainya.”

Have you?.

So, ya, I will explain again for you all.

Actually itu sebenarnya,……. wkwk. Oke kembali serius ya.

Saya dapat pertanyaan ini dari guru Bimbingan Konseling saya sewaktu saya SMA. Jadi orientasi hidup untuk kedua pandangan diatas sangat berbeda. Kenapa sih kita harus memikirkan hidup yang “nanti bagaimana”. Kenapa hayo?. Penting sekali untuk memikirkan hidup yang nanti akan bagaimana?

Keuntungan dari memikirkan hidup yang nanti bagaimana adalah, kita terus berupaya untuk mencapai apa yang kita inginkan di masa depan. Kita terus berusaha untuk mendapatkan apa yang belum kita raih. Karena apa? Karena salah satu alasannya adalah dengan pandangan “nanti bagaimana”. Ketika kita mulai malas, munculah kata – kata “nanti bagaimana” dalam diri kita. 

“Kalau saya malas, nanti bagaimana nasib saya ya? Kalau saya malas, nanti bagaimana kehidupan saya kelak? Kalau saya malas bekerja, nanti bagaimana cara saya beli buku pelajaran untuk anak – anak saya?” Salah satu contoh ilustrasi.

Bukankah Allah tidak akan mengubah nasib hamba-Nya, jika hamba tersebut tidak mengubahnya sendiri?

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” Q.S. Ar – Ra’d [13] : 11



Konteks “nanti bagaimana” ruang lingkupnya luas sekali. Dalam norma agama? Jelas ada!
Ketika kita malas shalat, coba saja tanya “nanti bagaimana” ke dalam hati.

“Kalau saya malas shalat, nanti bagaimana ya?”

“Kalau saya malas mengaji, nanti bagaimana ya?”

Dalam norma hukum? Jelas ada!

“Kalau saya korupsi, nanti bagaimana ya kalau saya tertangkap?”

Dalam norma kesusilaan? Jelas ada!

“Kalau saya nakal, nanti bagaimana perasaan orang tua saya ya?”

Pertanyaan “nanti bagaimana” ini membuat kita tersadar untuk merencanakan tujuan hidup kita selanjutnya. Kita merencanakan, Allah juga merencanakan. Apapun yang terjadi terhadap rencana kita, bersyukurlah, setidaknya kita sudah berencana, dan Allah tahu bahwa kita sudah berusaha.

Kalau hidup berdasarkan bagaimana nanti, ya kamu akan menjalani hidup itu mengalir saja. Ibarat perahu, dibawa ombak ke kanan ya ke kanan. Dibawa ombak ke kiri ya ke kiri, Bukankah terkadang kita harus berjuang melawan ombak demi sampai ke tempat tujuan?
So, you can choose which one of “Bagaimana nanti” or “Nanti Bagaimana.” 


Senin, 17 Oktober 2016

Pak Dahlan Iskan



Assalamu’alaikum sahabat :)

Hari ini tanggal 17 Oktober 2016, saya akan berbagi cerita mengenai salah satu sosok yang saya kagumi. Beliau adalah Pak Dahlan Iskan, Saya mulai mengagumi beliau sejak saya membaca kata – kata motivasi Pak Dahlan Iskan yang diposting di media sosial. Salah satu teman saya pun pernah membacakan biografi beliau saat pelajaran Bahasa Indonesia semasa saya SMA. Beliau lahir tanggal 17 Agustus 1951. Ada kisah menarik dibalik tanggal kelahiran Pak Dahlan Iskan. Yang pernah saya baca, Ayah dari Pak Dahlan Iskan menuliskan tanggal kelahiran anak – anaknya dibelakang lemari. Namun, lemari tersebut terjual untuk biaya kehidupan sehari – hari, akhirnya hilang sudah tanggal lahir Pak Dahlan Iskan. Orang tua Pak Dahlan Iskan tidak mengingat tanggal lahir beliau, akhirnya beliau memilih 17 Agustus sebagai hari lahir beliau sesuai dengan hari kemerdekaan Republik Indonesia, agar mudah diingat. Setelah saya membaca lagi biografi beliau, ternyata pada tanggal 17 Oktober 2011 beliau diangkat menjadi menteri BUMN, dan pada hari ini tanggal 17 Oktober 2016 saya berbagi cerita soal kekaguman saya terhadap beliau. Apakah ini sebuah kebetulan? Kurasa tidak hehehe.

Berikut ini adalah kata – kata Pak Dahlan Iskan :

Jika semua yang kita kehendaki terus kita miliki, darimana kita belajar ikhlas?
Jika semua yang kita impikan segera terwujud, darimana kita belajar sabar?
Jika semua doa kita terus dikabulkan, darimana kita belajar ikhtiar?
Seseorang yang dekat dengan Allah, bukan berarti tidak ada air mata.
Seseorang yang taat dengan Allah, bukan berarti tidak ada kekurangan.
Seseorang yang tekun berdoa, bukan berarti tidak ada masa-masa sulit.
Biarlah Allah yang berdaulat atas hidup kita, karena Allah tahu yang tepat untuk yang terbaik.
Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka saat itu kamu sedang belajar tentang keikhlasan.
Ketika hatimu sedang terluka sangat dalam, maka saat itu kamu sedang belajar tentang memaafkan.
Ketika kamu lelah dan kecewa, maka saat itu kamu sedang belajar tentang kesungguhan.
Ketika kamu merasa sepi dan sendiri, maka saat itu kamu sedang belajar tentang ketangguhan.
Ketika kamu harus membayar biaya yang seharusnya tidak kamu tanggung, maka saat itu kamu sedang belajar tentang kemurah-hatian.
Tetap sabar, semangat, dan tersenyum. Karena kamu sedang menimba ilmu di Universitas Kehidupan. Allah menaruhmu di tempatmu yang sekarang bukan karena kebetulan.
Orang hebat tidak dihasilkan dari kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan. Mereka dibentuk melalui kesulitan, tantangan, dan air mata. 



Demikianlah kata – kata motivasi dari Pak Dahlan Iskan. Harapan saya semoga Pak Dahlan Iskan selalu sehat agar suatu saat, saya bisa bertemu Pak Dahlan Iskan secara langsung. Aamiin. Terima kasih untuk inspirasinya Pak! :)

Salam Semangat dari saya, Novelia Dwi Lestari